Tolak Pengerukan Lahan, Petani Purworejo Bawa Hasil Bumi ke LBH Yogya

Kamis, 14 Februari 2019 - 16:08 WIB
Tolak Pengerukan Lahan, Petani Purworejo Bawa Hasil Bumi ke LBH Yogya
Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo membawa hasil panen mereka ke LBH Yogyakarta. Mereka mengadukan pengerukan lahan untuk pembangunan Bendungan Bener. FOTO/SINDOnews/SUHARJONO
A A A
YOGYAKARTA - Belasan petani asal Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo mendatangi kantor LBH Yogyakarta, Kamis (14/2/2019). Dengan membawa hasil panen seperti durian, pisang, manggis, rambutan, dan buah kelapa, mereka mengadukan pengerukan lahan di desa tersebut untuk pembangunan talud Bendungan Bener yang menjadi proyek nasional.

Perwakilan warga yang tergabung dalam Gempa Dewa (Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas), Marsono mengatakan, saat ini lahan seluas 154 hektare yang terbagi dalam lebih dari 500 bidang tanah akan dikeruk dan diambil batunya untuk pembangunan talud bendungan. Rencananya Bendungan Bener menjadi bendungan raksasa di bawah kendali Balai Besar wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO).

Saat ini, lahan tersebut merupakan lahan ekonomi dan menjadi penopang bagi masyarakat. "Hasil pertanian berupa kebun durian, cengkeh, kelapa, panili, dan lada yang membuat kami bertahan. Tapi mengapa justru mau dirusak untuk proyek pembangunan talud bendungan," katanya di kantor LBH Yogyakarta, Kamis (14/2/2019).

Pra petani berharap pemerintah tidak menggunakan lahan di Wadas untuk pembangunan talud. Sebagai bentuk sindiran, para petani menunjukkan sebagian kecil hasil pertanian dan dibawa untuk dimakan bersama di LBH Yogyakarta.

"Kami tetap menolak. Bahkan ganti rugi juga kami tolak. Kami sudah protes ke Gubernur Jawa Tengah dan bupati, tapi belum ditanggapi. Maka kami meminta LBH mendampingi kami melawan kesewenang-wenangan," ucapnya.

Menurut Marsono, selama ini warga hanya diminta persetujuan untuk diambil lahannya. Upaya diskusi dua arah tidak dilakukan sehingga warga berusaha keras menolak. "Kami tidak akan menjual lahan kami. Kami harus melindungi alam sekitar kami dan kami akan gunakan untuk anak cucu kami," katanya.

Tim Advokasi LBH Yogyakarta Julian Prasetyo mengatakan, pihaknya bersama masyarakat Desa Wadas masih terus melakukan kampanye untuk menolak pengerukan lahan untuk pembangunan talud waduk. "Kita juga akan lakukan gerakan besar mengundang semua warga sipil hingga gubernur untuk acara pengajian akbar dan kenduri durian di Desa Wadas pada 22 Februari mendatang," ujarnya.

Kampanye ini diharapkan bisa menyadarkan pemangku kebijakan sehingga tidak menggunakan material di lahan milik warga Desa Wadas untuk proyek strategis nasional tersebut. Meskipun waduk itu akan menjadi waduk terbesar di Indonesia. "Kita masih bergerak dan belum sampai pada materi gugatan," katanya.

Dalam kesempatan tersebut perwakilan warga juga secara simbolis menyerahkan hasil panen durian kepada Direktur LBH Yogyakarta Yogie Zul Fadli.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5162 seconds (0.1#10.140)