Nama Gus Dur di Altar Tionghoa dan Sajian Tanpa Babi

Sabtu, 25 Januari 2020 - 11:00 WIB
Nama Gus Dur di Altar Tionghoa dan Sajian Tanpa Babi
Nama Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berada di altar gedung Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma Semarang sebagai tempat berdoa warga Tionghoa. FOTO/iNews/TAUFIK BUDI
A A A
SEMARANG - Kampung Pecinan, Kota Semarang memiliki banyak cerita tentang gambaran kerukunan antarumat beragama. Bahkan, nama mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berada di altar sebagai tempat berdoa warga Tionghoa.

Pemandangan menarik itu terdapat di gedung Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma atau Boen Hian Tong di Jalan Gang Pinggir Pecinan Semarang. Di bagian altar terdapat sinchi atau papan nama leluhur, KH Abdurrahman Wahid yang dipasang sejak 2013.

"Ini penghormatan kami kepada Gus Dur, satu-satunya muslim yang berada di altar ini," kata Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis) Haryanto Halim, Jumat (24/1/2020).(Baca Juga: Senangnya Ganjar Dapat Berkat saat Kunjungi Komunitas Tionghoa)

Bukan hanya sinchi Gus Dur, di tempat tersebut juga tak lagi menggunakan daging babi sebagai sajian makanan. Terlebih ada tiga muslimah yang jadi bagian dari kepengurusan kelompok yang telah berdiri sejak 1876 itu. "Sajian daging babi kita ganti dengan daging kambing," katanya.

Olahan daging tak akan ditemukan di altar maupun meja makan. Termasuk ketika menggelar jamuan makan siang atau kenduri. Berbagai olahan daging ayam jadi menu utama, selain tumpeng nasi kuning. Kudapan khas Tionghoa jadi hidangan pelengkap.

"Orang Tionghoa juga melakukan kenduren (kenduri). Makan bersama keluarga, tetangga atau teman," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.0237 seconds (0.1#10.140)