Angkasa Pura Yakin Pembangunan YIA Tepat Waktu, 9% Lagi Rampung
A
A
A
KULONPROGO - Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi optimistis pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International/YIA) di Kabupaten Kulonprogo selesai tepat waktu. Seluruh penerbangan dipastikan dipindahkan dari Bandara Adisutjipto sebelum diresmikan Presiden Joko Widodo pada 29 Maret mendatang.
"Progres ini sudah sesuai dengan jadwal dan target yang sudah ditetapkan. Saat ini progres pembangunan YIA sudah mencapai 91%," kata Faik usai menerima kunjungan Wapres Maruf Amin di Bandara YIA, Jumat (24/1/2020).
Pembangunan yang tersisa saat ini tinggal di lantai III yang akan difungsikan untuk penerbangan domestik. Sedangkan di lantai I yang saat ini dioperasionalkan akan dipakai untuk penerbangan internasional. Pembangunan di lantai III hanya menyisakan masalah ornaman dan interior.
Terkait dengan rencana pemindahan, kata Faik, nantinya dilaksanakan secara serentak. Jika bertahap, maskapai akan mengeluarkan biaya lebih tinggi. Mereka harus mengoperasikan tenaga di dua tempat. Nantinya akan ada sekitar 66 penerbangan per hari. "Di sana itu tinggal baling-baling, lainnya pindah ke sini," katanya.
Diakui, sampai saat ini ada sejumlah maskapai tertarik membuka rute penerbangan. Namun hingga saat ini masih menunggu kepastian.
"Untuk rute penerbangan internasional masih Singapura dan Malaysia. Request beberapa sudah ada," katanya.
"Progres ini sudah sesuai dengan jadwal dan target yang sudah ditetapkan. Saat ini progres pembangunan YIA sudah mencapai 91%," kata Faik usai menerima kunjungan Wapres Maruf Amin di Bandara YIA, Jumat (24/1/2020).
Pembangunan yang tersisa saat ini tinggal di lantai III yang akan difungsikan untuk penerbangan domestik. Sedangkan di lantai I yang saat ini dioperasionalkan akan dipakai untuk penerbangan internasional. Pembangunan di lantai III hanya menyisakan masalah ornaman dan interior.
Terkait dengan rencana pemindahan, kata Faik, nantinya dilaksanakan secara serentak. Jika bertahap, maskapai akan mengeluarkan biaya lebih tinggi. Mereka harus mengoperasikan tenaga di dua tempat. Nantinya akan ada sekitar 66 penerbangan per hari. "Di sana itu tinggal baling-baling, lainnya pindah ke sini," katanya.
Diakui, sampai saat ini ada sejumlah maskapai tertarik membuka rute penerbangan. Namun hingga saat ini masih menunggu kepastian.
"Untuk rute penerbangan internasional masih Singapura dan Malaysia. Request beberapa sudah ada," katanya.
(amm)