Ganjar : Akulturasi Agama-Budaya Jadi Spirit Memperkokoh Kebangsaan

Jum'at, 24 Januari 2020 - 13:45 WIB
Ganjar : Akulturasi Agama-Budaya Jadi Spirit Memperkokoh Kebangsaan
Seorang anak kecil membawa berdera Merah Putih saat mengikuti Kirab Kebangsaan Merah Putih di Lapangan Pancasila Simpanglima Semarang, Jumat (24/1). FOTO/SINDOnews/AHMAD ANTONI
A A A
SEMARANG - Toleransi beragama bukanlah hal yang baru. Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan sebenarnya sudah dicontohkan sejak zaman Nabi dan Wali.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat memimpin Kirab Kebangsaan Merah Putih di Lapangan Pancasila Simpanglima Semarang, Jumat (24/1). Hadir pula dalam acara itu, ulama kharismatik Habib Luthfi bin Yahya, Wakil Gubernur Jateng, jajaran Forkompimda dan ribuan masyarakat dari berbagai suku, agama, ras dan golongan.

"Keberagaman itu sudah menjadi sunnatullah. Kebhinekaan di Tanah Air kita sudah termaktub di lauhul makhfudz. Maka para ulama telah mewanti-wanti, dahulukanlah adabmu sebelum kau junjung ilmumu," kata Ganjar.

Banyak kisah lanjut Ganjar yang bisa kita temukan tentang bagaimana sikap toleransi ini. Bahkan saking luar biasanya sisi kemanusiaan Rasulullah, beliau seminggu tiga kali menyuapi seorang nenek Yahudi, dengan suapan yang sangat lembut.

"Padahal nenek Yahudi tersebut tidak henti-hentinya menjelek-jelekkan Rasulullah," tambahnya.

Contoh lain lanjut dia juga dikisahkan oleh para wali di Nusantara. Semua tahu, jika membicarakan perpaduan agama dan budaya, Sunan Kalijaga adalah ahlinya. Juga Kanjeng Sunan Kudus yang demi menghormati orang Hindu, ia melarang muridnya untuk menyembelih sapi.

"Jadi dengan kirab ini, kita berharap akulturasi agama dan budaya dijadikan spirit memperkokoh kebangsaan," tegasnya.

Ganjar menerangkan, laku untuk menghargai dan menghormati siapapun termasuk yang berbeda keyakinan telah dicontohkan sejak agama ini dikibarkan di bumi Nusantara. Untuk itu, saat ini tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak menerapkan kemuliaan akhlak tersebut.

"Mudah-mudahan pawai ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kirab dengan peserta yang berbeda-beda suku, agama, ras dan golongan ini semakin menyadarkan bahwa bangsa ini beragam, namun tetap satu," pungkasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6757 seconds (0.1#10.140)