Bumbu Halusinasi dan Sisa Sejarah Daya Tarik Munculnya Keraton Baru

Minggu, 19 Januari 2020 - 15:45 WIB
Bumbu Halusinasi dan Sisa Sejarah Daya Tarik Munculnya Keraton Baru
Fenomena kemunculan keraton baru karena kerinduan pada masa-masa kejayaan masa lalu. FOTO/DOK.iNews
A A A
SEMARANG - Kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo Jawa Tengah mengungkap maraknya kerajaan-kerajaan baru di Indonesia. Baru-baru ini terungkap Kerajaan Djipang di Blora, Kerajaan Pajang di Sukoharjo, hingga Kekaisaran Sunda di Jawa Barat.

Fenomena kemunculan keraton baru karena kerinduan pada masa-masa kejayaan masa lalu. Apalagi, bagi sebagian kalangan yang bisa meramunya dengan bumbu-bumbu halusinasi sebagai penerima mandat kerajaan masa lampau.

"Tokoh yang mendeklarasikan sebagai sultan, raja, atau tokoh apapun namanya itu kalau tanpa massa tanpa rakyat enggak akan laku, enggak akan bisa deklarasi," kata Antropolog Universitas Negeri Semarang (Unnes), Nugroho Trisnu Brata, Minggu (19/1/2020).

Golongan masyarakat yang belum mendapat penghidupan layak saat ini akan mudah dibawa nostalgia ke zaman leluhur di masa lalu. Terlebih di Tanah Air banyak terdapat lokasi yang dulunya menjadi tempat keraton, sehingga bumbu kebangkitan kerajaan semakin kuat.

"Jadi mereka itu karena didukung oleh komunitas, oleh masyarakat yang memang sepakat dengan pemikiran si tokoh. Kebetulan mereka pinter juga mengambil tempat-tempat yang dulu memang sejarah-sejarah, pernah menjadi pusat kekuasaan," katanya.

"Misalnya di Blora ada di Kecamatan Panolan atau situs Arya Penangsang. Di Sukoharjo bekas Kerajaan Pajang, Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya. Jadi seolah-olah mereka mendapatkan tempat yang dibumbui cerita magis, mimpi didatangi oleh si tokoh, nanti si tokoh akan menyatu dengan dirinya yang deklarasi ini. Padahal bohong juga bisa, kan kita enggak tahu itu seperti apa," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0939 seconds (0.1#10.140)