Tanwir Muhammadiyah Angkat Tema Beragama yang Mencerahkan

Senin, 11 Februari 2019 - 23:00 WIB
Tanwir Muhammadiyah Angkat Tema Beragama yang Mencerahkan
Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nasir memberikan keterangan soal Tanwir Muhammdiyah di Bengkulu, 16-17 Februari 2019 mendatang usai seminar pra Tanwir Muhammdiyah di UMY, Senin (11/2/2019). FOTO/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
YOGYAKARTA - Muhammadiyah akan kembali menggelar Tanwir. Kegiatan tersebut akan berlangsung di Bengkulu 16-17 Februari 2019. Tanwir tahun ini akan mengangkat tema Beragama yang Mencerahkan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan tema itu diambil lantaran Muhammdiyah melihat keberagamaan dalam kehidupan berbangsa ini dangkal. Indikasinya agama sering dijadikan alat untuk politisasi dan menjadi sensitif untuk relasi-relasi sosial yang beragama.

“Padahal agama memandang politik itu positif dan baik. Karena itu harus dijiwai oleh nilai-nilai kebaikan dan keadilan serta nilai-nilai luhur yang lain,” kata Haedra seusai mengisi Kuliah Umum dalam seminar Pra Tanwir Muhammadiyah, bertajuk "Beragama yang Mencerahkan dalam Perspektif Politik Kebangsaan" di UMY, Senin (11/2/2019).

Selain itu situasi politik saat ini memang membelah akibat dari dua pasangan yang ulangan dari periode yang lalu. Sehingga apa yang terjadi, ada suasana potensial untuk ada rasa permusuhan, rasa saling terancam, dan rasa kebencian. Sehingga muara menang dan kalahnya tinggi sekali. Serta yang terjadi to be or not tobe. Ketika masyarakat berpolitik to be or not to be lalu menjadi absolut harus menang dan jangan kalah.

“Karena itu, Muhammadiyah mencoba membangun keseimbangan dengan mengajak masyarakat untuk berpikir lebih jernih dan kontemplatif,” paparnya.

Untuk itu, Lanjut Haedar, Muhammadiyah mengajak kembali pada ajaran agama yang mengajarkan kedamaian, persaudaraan, kebijakan, dan nilai amanah. Termasuk akan menyampaikan kepada mereka yang sedang berkontestasi. Nilai amanah juga disampaikan karena menjadi pemimpin yang menang itu memiliki beban karena harus memikul jabatan itu berat. “Dalam konteks ini, Muhammadiyah mengajak untuk bermoderat dalam berpolitik,” tandasnya.

Bagi Haedar, peran intelektual menjadi sangat diperlukan sebagai pencerah. Di saat masyarakat berpikir sumbu pendek, tugas intelektual memberikan perspektif tentang politik yang menjadi alat demokrasi yang baik buat bernegara, bukan sebagai alat perang atau permusuhan. "Kaum intelektual harus menjadi pencerah akal budi dan pikiran. Banyak yang masih diam," tandasnya

Mengenai Capres-cawapres no urut 1 dan 2 yang akan diundang di Tanwir Muhammadiyah nanti, Menurut Haedar keduanya diundang dalam posisi sebagai tokoh bangsa. Bukan hanya soal visi dan misi, tetapi juga soal pandangan-pandangan tentang kebangsaan. “Jadi bukan penyampaian isi dan misi, tapi sebagai penyampaian wawasan kebangsaan," tegasnya.

Rektor UMY Gunawan Budiyanto dalam sambutan pembukaan seminar mengatakan saat ini nilai kebenaran berdasar kebenaran kelompoknya. Jika ini sudah terjadi, sulit menemukan mana kebenaran yang sesungguhnya. Tetapi Muhammadiyah akan menggunakan metodepenalaran yang menawarkan narasi kebajikan, lalu akan melihat siapa yang akan diuntungkan dengan idiom-idiom politik itu. (Baca Juga: Tingkatkan Layanan Kesehatan, Muhammadiyah Bangun Rumah Sakit di Sleman(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7701 seconds (0.1#10.140)