Dosen-Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Otentikasi Makanan

Jum'at, 17 Januari 2020 - 13:56 WIB
Dosen-Mahasiswa UGM  Kembangkan Alat Deteksi Otentikasi Makanan
Dosen Fisika FMIPAUGM, Kuwat Triyana menunjukkan Elto di Laboratorium Fismatel Departemen Fisika FMIPA UGM, Jum’at (17/1/2020). FOTO :SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
YOGYAKARTA - Dosen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Kuwat Triyana bersama tiga mahasiswa pascasarjana Fisika FMIPA UGM Shidiq Nur Hidayat, Trisna Julian dan Aditya Rianjani berhasil mengembangkan alat untuk mendeteksi otentikasi makanan yang diberinama Elektronik Tongue (Elto) atau lidah elektronik.

Alat ini sebagai metode untuk membuktikan keaslian produk-produk makanan sekaligus mendeteksi kontaminasi produk dan kehalalannya. Termasuk deteksi cepat narkotika serta menganalisa rasa (pahit, asin, asam, manis dan gurih) secara cepat, akurat, dan portable.

Kuwat Triyana mengatakan ide pengambang Elto ini berawal dari Mabes Polri yang ingin memastikan penyalahgunaan narkoba melalui deteksi, seperti urin ada atau tidak kandungan narkoba maupun jenis narkoba lainnya dengan alat yang praktis, cepat dan akurat.

“Itulah yang memantik kami mengembangkan Elto ini,” kata Kuwat di Laboratorium Fisika Material dan Insumentasi (Fismatel) Departemen Fisika FMIPA UGM, Jum’at (17/1/2020).

Kuwat menjelaskan Elto dibuat dengan komponen utama berupa larik sensor rasa sebagai elektroda kerja, elektroda referensi, sistem akusisi data, dan sistem kecerdasan buatan (AI) yang dihubungkan ke komputer atau ponsel cerdas android secara nirkabel.

Untuk mendukung portabilitas, alat ini menggunakan sumber energi berupa satu baterai lithium 3.500 mAH yang bisa bertahan hingga 14 jam untuk penggunaan secara terus menerus.

“Cara pengoperasian sampel produk yang akan dideteksi cukup dilarutkan atau diseduh dengan air atau alkohol tergantung sifat sampelnya,” terangnya.

Selanjutnya ujung larik sensor dicelupkan ke dalam larutan sampel tersebut selama 1-2 menit. Kemudian pemrosesan data dilakukan berbasis kecerdasan buatan hingga dengan mudah diambil sebuah keputusan atas sampel tersebut. Hasilnya, tidak lebih dari 2 menit sudah bisa dilihat di layar komputer atau perangkat berbasis android apakah produk tersebut asli atau tidak, halal atau tidak, serta tingkatan kualitas tertentu.

“Selain mampu mendeteksi secara cepat, alat ini juga memiliki akurasi tinggi, yakni lebih dari 98 persen,” paparnya.

Keunggulan lain dan yang membedakan dengan alat yang sudah ada di pasaran, yaiki portable, dapat terhubung secara nirkabel dengan perangkat berbasis android dan komputer bahkan dapat terhubung ke jaringan internet. Dengan begitu memungkinkan untuk dibawa dan digunakan untuk melakukan tes di berbagai tempat secara langsung berbasis IoT.

“Alat lain yang ada dipasaran, produk luar negeri, memiliki dimensi yang besar seukuran meja sehingga tidak bisa dipindah tempatkan dengan mudah. Sedangkan sistem akuisisi data dari elto memiliki dimensi hanya 105x73x35 mm,” jelasnya.

Elto menghabiskan biaya penelitian Rp200-an juta. Nanti kalau sudah produksi massal bisa lebih murah lagi. Kalau produk impor per unitnya Rp2,5 miliar, Elto dibawah Rp25 juta. Saat ini telah masuk dalam proses paten dan dihilirkan. Targetnya, tahun ini alat akan distandardisasi dan tahun 2021 mendatang bisa segera diluncurkan dan diproduksi secara massal untuk aplikasi tertentu.

“Elto ini juga telah dikalibrasi dan diverifikasi di laboratorium sebuah universitas di Braganca Portugal,” katanya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7271 seconds (0.1#10.140)