Taliban Rayu AS Minta Gencatan Senjata

Jum'at, 17 Januari 2020 - 10:15 WIB
Taliban Rayu AS Minta Gencatan Senjata
Taliban tawarkan gancatan senjata kepada AS. Foto: Kolase/SINDOnews
A A A
KABUL - Taliban merayu Amerika Serikat (AS) untuk melakukan genjatan senjata. Hal itu diungkapkan oleh dua sumber dari kelompok gerilyawan itu.

Tawaran ini adalah sebuah langkah yang dapat memungkinkan dimulainya kembali pembicaraan untuk mendapatkan kesepakatan bagi AS untuk menarik pasukannya dari Afghanistan.

AS selama berminggu-minggu telah menyerukan kepada Taliban untuk mengurangi aksi kekerasan. AS menjadikannya sebagai syarat untuk melanjutkan kembali perundingan formal yang akan membuat pasukan AS meninggalkan negara itu dengan imbalan jaminan keamanan dari para pemberontak.

"Ini adalah tawaran untuk gencatan senjata selama tujuh atau 10 hari," kata seorang pejabat senior Taliban yang meminta identitasnya disembunyikan seperti dikutip dari AFP, Jumat (17/1/2020).

Ia menambahkan bahwa tawaran itu dibuat untuk para perunding AS di Doha. "Itu telah difinalisasi dan diberikan kepada Amerika. Itu akan membuka jalan bagi kesepakatan," imbuhnya.

Sumber Taliban kedua, yang berbasis di Pakistan, mengkonfirmasi bahwa tawaran itu telah diserahkan ke AS. Taliban belum merilis pernyataan resmi, dan Washington belum mengatakan apakah mereka telah menerima tawaran dari pemberontak atau bagaimana tanggapannya.

Taliban dan AS telah merundingkan kesepakatan selama setahun, dan berada di ambang pengumuman pada September 2019 ketika Presiden Donald Trump tiba-tiba menyatakan proses itu "mati", mengutip kekerasan Taliban.

Pembicaraan kemudian dimulai kembali antara kedua pihak pada bulan Desember di Qatar, tetapi dihentikan sementara setelah serangan di dekat pangkalan militer Bagram di Afghanistan, yang dijalankan oleh AS.

Tawaran pemberontak, jika diterima oleh Amerika, bisa melihat negosiasi dimulai lagi. Konfirmasi dari gerilyawan terjadi beberapa jam setelah menteri luar negeri Pakistan mengatakan bahwa Taliban telah menunjukkan "keinginan" untuk mengurangi kekerasan.

"Hari ini, kemajuan positif telah dibuat, Taliban telah menunjukkan kesediaan mereka untuk mengurangi kekerasan, yang merupakan permintaan itu adalah langkah menuju perjanjian perdamaian," kata menteri luar negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi dalam sebuah pernyataan video.

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut. Islamabad telah membantu memfasilitasi pembicaraan antara militan dan Washington di Qatar.

Pakistan adalah satu dari hanya tiga negara yang mengakui rezim Taliban, dan pendirian militernya yang gelap - khususnya Intelijen Antar-Lembaga (ISI) - secara luas diyakini mendukung pemberontakan berdarah di Afghanistan.

Namun Islamabad membantah tuduhan itu. Setiap perjanjian dengan Taliban diharapkan memiliki dua pilar utama - penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan dan komitmen Taliban untuk tidak menawarkan tempat perlindungan bagi para teroris.

Hubungan Taliban dengan al-Qaeda adalah alasan utama invasi AS hampir 18 tahun yang lalu. Taliban hingga saat ini menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan, yang mereka anggap sebagai rezim tidak sah, menimbulkan kekhawatiran bahwa pertempuran akan terus berlanjut terlepas dari kesepakatan apa pun yang disepakati dengan Amerika.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7897 seconds (0.1#10.140)