Persatuan Tidak Bisa Hadir Sendiri, Harus Diikhtiarkan

Rabu, 15 Januari 2020 - 09:30 WIB
Persatuan Tidak Bisa Hadir Sendiri, Harus Diikhtiarkan
Menko Polhukam Mahfud MD saat membuka Dialog Kebangsaan di Audutorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII. FOTO/SINDOnews/PRIYO SETYAWAN
A A A
SLEMAN - Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta bekerja sama dengan Gerakan Suluh Kebangsaan dan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta Se-lndonesia (BKS PTIS) monyelenggarakan Dialog Kebangsaandengan tema Merawat Persatuan Menghargai Keberagaman di Audutorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII Sleman, Selasa (14/1/2020). Acara tersebut dibuka Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Prof Mahfud MD dan sebagai pembicara kunci Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X.

Pembicara dialog kebangsaan adalah Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti.

Rektor UII FathulWahid dalam sambutannya mengatakan, keberagaman merupakan fakta sosial atau bahkan sunnatullah yang harus terus dikomunikasi untuk saling mengenal dan memahami sehingga muncul persatuan. Untuk itu, persatuan harus diikhtiarkan lantara tidak hadir dengan sendirinya.

"Tidak ada negara di muka bumi ini yang dapat maju tanpa persatuan antarelemen bangsanya. Tidak sulit untuk mencari contoh bangsa di muka bumi ini yang terjebak konflik tak berkesudahan, karenakeengganan menghargai keberagamaan dan mensyukuri nikmat persatuan," kata Fathul.

Sebagai anak bangsa Indonesia pendamba kemajuan yang tak mungkin dibangun tanpa persatuan, sudah seharusnya menolak segala anasir jahat yang anti-persatuan dan menafikan keberagaman. Sehingga dialog kebangsaan ini menjadi salah satu ikhtiar dan diharapkan tidak berakhir dalam acara ini tapi harus diupayakan dalam praktik.

"Bagaimana misalnya kita menghargai sahabat kita yang berbeda, menghargai kawan kita yang berbeda pandangan dengan kita. Karena itu persatuan yang sudah dibangun dan sudah menjadi pijakan pembangunan selama ini jangan sampai dirusak," katanya.

Menko Polhukam mengatakan, untuk menjaga persatuan Indonesia diperlukan adanya pemerintah. Tujuan pemerintah dibentuk untuk menjaga keutuhan bangsa saat dideklarasikan. Dasarnya, alinea keempat UUD 45, yaitu pemerintah dibentuk untuk melindungi segenap bangsa.

"Ingat tujuan kita bernegara untuk menjaga keutuhan bangsa dengan menghargai fakta bahwa kita memang beragam. Kita menghargai fakta kita merdeka dengan banyak suku," kata Mahfud MD yang juga Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan.

Perlu diingat, Indonesia memiliki 1.360 suku 726 bahasa daerah, dan 17.504 pulau. Sebanyak 16.100 pulau di antaranya sudah mempunyai nama. Sisanya belum ada nama tapi sudah ada titiknya. Agama dan kepercayaan juga banyak ada di Indonesia.

"Itu yang harus kita jaga, pemerintah harus menjaga kebersatuan itu dengan melawan paham radikal. Yaitu sikap yang selalu menganggap orang lain salah dan ingin mengubah kesepakatan bersama dengankekerasan," katanya.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini mengambil arti radikal di undang-undang yang merupakan makna spekulatif. Dalam UU itu, radikal itu anti-NKRI, anti-pemerintah, anti-Pancasila, dan anti-persatuan. "Itulah arti radikal menurut UU No 5 tahun 2018, Pasal 35 dan Pasal 43," katanya.

Sementara itu, Sri Sultan HB X mengatakan menghargai keberagaman adalah cara merawat persatuan. Keberagaman merupakan konsep Tuhan dalam misteri penciptaan semesta. Tidak ada hasil ciptaan yang identik sama, dapat dipastikan ada perbedaan walau sekilas tampak sama.

"Keberagaman merupakan realitas yang terjadi di dunia nyata. Kalau ada yang menolak keberagaman berarti menolak Tuhan," katanya.

Raja Kraton Yogyakarta itu menjelaskan Indonesia bukanlah hanya sekadar nama atau gambar deretan pulau di atas peta dunia. Melainkan, sebuah kekuatan dahsyat yang disegani oleh bangsa lain dengan penuh hormat.

Inilah realitas bhinneka budaya, di mana baju kesatuan disulam dengan dasar kecintaan terhadap Tanah Air. Tamansari bernama Indonesia harus dirawat dengan rasa memiliki, sehingga dengan kerjasama dan persatuan bersama, Indonesia akan maju dan gemilang.

"Merawat persatuan sama dengan proaktif menjaga budaya, rasa agar lestari. Alangkah eloknya, jika keberagaman terjalin dalam serat yang menguatkan," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7841 seconds (0.1#10.140)