Ekowisata Lereng Gunung Lawu Berkembang Pesat

Selasa, 14 Januari 2020 - 20:56 WIB
Ekowisata Lereng Gunung Lawu Berkembang Pesat
Suasana jalan tembus Tawangmangu-Sarangan di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar yang kini berkembang pesat ekowisata di lereng Gunung Lawu. Foto: Ary Wahyu Wibowo
A A A
KARANGANYAR - Ekowisata Lereng Gunung Lawu di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar berkembang pesat. Sebanyak 21 obyek wisata kini muncul di sepanjang jalan tembus Tawangmangu-Sarangan.

Ekowisata yang dikembangkan Perum Perhutani, mulai tumbuh sekitar tahun 2015 lalu. Sejak 2 tahun terakhir, perkembangannya sangat pesat seiring maraknya penggunaan media sosial (medsos). Bentuknya seperti permainan anak, dan keluarga, resto, dan homestay. “Luasnya bervariasi, ada yang ½ hektar hingga 13 hektar,” ungkap Administratur Muda/KKPH Perum Perhutani KPH Surakarta Sugi Purwanto, selasa (14/1/2020).

Ekowisata yang dikembangkan Perhutani adalah untuk mendukung program Pemkab Karanganyar yang menargetkan menjadi salah satu destinasi wisata di Jawa Tengah, nasional dan dunia. Dirinya memastikan ekowisata yang dikembangkan tetap berkomitmen menjaga lingkungan dan kelestarian alam. Setelah 21 obyek ekowisata, sejauh ini belum ada lagi pengembangan ekowisata lainnya.

Pemanfaatan kawasan yang melibatkan mitra, bentuknya kerjasama saling menguntungkan. Bagi hasil untuk Perhutani nilainya sekitar 30%. Sebelum disetujui, proposal yang diajukan dinilai dan didiskusikan dengan tim. Sehingga semuanya harus taat aturan mengenai hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Setiap tahun, kerjasama dengan mitra selalu dievaluasi.

Setiap perjanjian kerjasama, di dalamnya ada kewajiban pengembang untuk melakukan reboisasi. Dalam pengembangan wisata, juga melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Diungkapkapnya, Perhutani dalam mengelola hutan juga dibebani kewajiban terhadap negara, diantaranya membayar pajak bumi dan bangunan (PBB).

Diungkapkannya, di kawasan Gunung Lawu terdapat sekitar 5.800 hektar hutan yang menjadi kewenangan Perhutani. Sebagian besar merupakan adalah hutan lindung. Dalam upaya reboisasi, terdapat 21 jenis tanaman mulai dari tanaman ekaliptus hingga tanaman kopi.

Pemerintah sudah memberikan aturan bahwa bisa ditanami tanaman tertentu yang dapat memberikan manfaat. Khusus untuk tanaman kopi, tengah dikembangkan kopi Lawu. Tanaman kopi Lawu dilaporkan merupakan nomor ketiga terbaik di dunia. “Kopi Lawu akan kami kembangkan bersama untuk kemanfaatkan bersama,” tegasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8039 seconds (0.1#10.140)