Pemerintah Turki Kutuk Tindakan China terhadap Muslim Uighur

Minggu, 10 Februari 2019 - 07:32 WIB
Pemerintah Turki Kutuk Tindakan China terhadap Muslim Uighur
Para warga minoritas Uighur yang tinggal di Xinjiang, China. Foto/REUTERS
A A A
ANKARA - Pemerintah Turki mendesak China untuk menutup "kamp-kamp konsentrasi", yang diklaim sebagai tempat lebih dari 1 juta warga Uighur ditahan. Ankara juga mengutuk perlakuan China terhadap etnis Muslim Uighur yang dianggap sebagai tindakan memalukan bagi umat manusia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy mengatakan bukan lagi rahasia bahwa China secara sewenang-wenang dengan menahan lebih dari satu juta warga Uighur di kamp-kamp yang jadi sorotan masyarakat internasional tersebut.

Dia mengatakan populasi Muslim Turki menghadapi tekanan dan "asimilasi sistematis" di China barat.

"Bukan rahasia lagi bahwa lebih dari 1 juta orang Turki Uighur, yang terkena penangkapan sewenang-wenang, menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak politik di pusat-pusat konsentrasi dan penjara," kata Aksoy.

"Kami mendesak pihak berwenang China untuk menghormati hak asasi manusia fundamental Turki Uighur dan menutup kamp konsentrasi," katanya.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menuduh China melakukan genosida, tetapi sejak itu menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Beijing.

Wilayah Xinjiang China adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang berjumlah sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh pemerintah China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Mengutip Al Jazeera, Minggu (10/2/2019), mempraktikkan Islam dilarang di beberapa wilayah China, termasuk salat, puasa, menumbuhkan janggut dan mengenakan jilbab bagi wanita Muslim. Mereka yang melanggar larangan itu menghadapi ancaman penangkapan.

Pada Agustus tahun lalu, panel ahli PBB mengatakan mereka telah menerima laporan yang kredibel bahwa lebih dari 1 juta warga Uighur dan minoritas berbahasa Turki lainnya ditahan di tempat yang disebut "kamp pendidikan ulang", di mana mereka dipaksa meninggalkan Islam.

China Membantah

Beijing membantah bahwa para warga Uighur ditahan atas kehendak pemerintah China. Menurut pemerintah, situs yang disebut-sebut sebagai "kam-kamp konsentrasi" itu adalah fasilitas pelatihan kejuruan sukarela yang dirancang untuk memberikan pelatihan kerja dan untuk menghilangkan kecenderungan warga menjadi ekstremis.

China telah mengintensifkan tindakan keras keamanan terhadap warga Uighur yang diberlakukan setelah kerusuhan berdarah 2009. Banyak orang Uighur telah melarikan diri, mayoritas pergi ke Turki.

Bulan lalu, China meloloskan undang-undang untuk "mendikte" Islam dan menjadikannya cocok dengan sosialisme dalam lima tahun ke depan. Tetapi sebagian besar negara mayoritas Muslim belum vokal tentang masalah ini, di mana negara-negara tersebut tidak mengkritik pemerintah China yang merupakan mitra dagang penting.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2938 seconds (0.1#10.140)