Penuhi Kebutuhan Daging Sapi UGM Kembangkan Sapi GaMa

Senin, 13 Januari 2020 - 19:34 WIB
Penuhi Kebutuhan Daging Sapi UGM Kembangkan Sapi GaMa
Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof Ali Agus menunjukkan sapi GaMa yang dikembangkan UGM, Senin (13/1/2020). Foto : Dok Humas UGM
A A A
YOGYAKARTA - Fakultas Peternakan UGM mengembangkan sapi GaMa (Gagah dan Macho). Sapi ini hasil perkawinan silangan dari tiga jenis sapi yakni sapi Belgian Blue, Wagyu dan Brahman.

Pengembangan Sapi Macho tersebut untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dan juga meningkatkan kesejahteraan peternak. Sebab Sapi Macho bukan hanya memerlukan waktu yang lebih singkat untuk siap potong namun untuk bobotnya juga lebih berat dibandingkan dengan sapi jenis lainnya yang siap potong.

Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof. Ali Agus mengatakan pengembangan sapi jenis GaMa ini karena hingga sekarang produksi daging sapi di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan. Dimana satu ekor sapi rata-rata hanya menghasilkan 100-150 kilogram.

“Karena itu dengan pengembangan sapi GaMA ini untuk mendapatkan sapi yang berbobot dan daging yang lebih berkualitas sekaligus meningkatan produksi dan membantu menambah suplai produksi daging sapi yangdibutuhka di tanah air,” kata Ali Agus,Senin (13/1/2020).

Ali Agus menjelaskan pengambangan sapi GaMa dari tiga jenis sapi itu bukan tanpa alasan. Sebab tiga sapi itu memiliki keunggulan masing-masing. Sapi Belgian Blue dikenal dengan sapi yang memiliki bobot yang besar dan berotot, Sapi Wagyu memiliki daging yang enak dan empuk dan Sapi Brahman memiliki lambung yang besar serta adapatif dengan ligkungan tropis. “Kami targetkan pengembangan sapi GaMa ini selesai dalam 20 tahun,” kata Ali Agus, Senin (13/1/2020).

Ali Agus menjelaskan lamanya pengembangan sapi GaMa ini terkait dengan proses untuk mendapatkan turunan sapi yang stabil dengan berbagai data, terutama kualitas karkas dan daging. Sebab belum memotong sapi tersebut sampai menghasilkan tingkatan turunan yang diinginkan.

Untuk sementara ini berdasarkan data yang dikumpulkan dari tim peneliti berat bobot sapiGaMa jauh lebih besar dibanding dengan sapi lokal. Selisih dengan sapi cross lainnya mencapai 100 kilogram.

Sapi jenis cross lainnya memerlukan umur sekitar 3-4 tahun agar bisa mendapatkan bobot ideal agar bisa dipotong. Sedangkan sapi GaMa di umur tiga tahun bisa memiliki bobot sekitar 900 kilogram.“Pengembangan sapi GaMa saat ini sudah masuk tahun ke enam, dengan umur dua tahun bobotnya mencapai 550-600 kilogram,” jelasnya.

Menurut Ali Agus saat ini sudah ada sekitar 200 ekor sapi GaMa. Sapi-aspi itu akan terus dipelihara serta dikawin silangkan agar mendapatkan turunan sapi dengan genetik yang lebih baik dan stabil. Termasuk bekerja sama dengan mitra agar pemenuhan pakan dan pengawasan lebih terkontrol.

Selama masa pengembangan, sapi GaMa ini mendapatkan pakan khusus yang berasal dari limbah pertanian yang menggunakan formula multifunctional feed additive yang mengandung mineral, vitamin immunomodulator dan ekstrak herbal.

“Pusat pengembangan sapi Gama ini ada di bengkel sapai ditempatkan Instalasi Bengkel Sapi CV Berkah Andini Lestari Widodomartani, Ngemplak Sleman dan PT Widodo Makmur Perkasa (WMP), Jambakan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah,” paparnya.

Koordinator pengelola bengkel sapi Berkah Andini Lestari, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Waluyo, 54 menambahkan untuk penelitian ini mendapatkan pakan fermentasi khusus dari penelitinya dengan menggunakan pakan hijauan dan konsentrat fermentasi yang mengandung probiotik yang diberinama Saus Burger Pakan. Untuk satu ekor sapi GaMa, menghabiskan sebanyak 15 kilogram pakan.

“Anakan dari sapi-sapi Gama ini memiliki karakter dominan dari sapi belgian blue yang memiliki otot ganda dan sedikit agak liar,” tambahnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3996 seconds (0.1#10.140)