Dosen FMIPA UGM Kembangkan Pesawat Tanpa Awak Basmi Hama Tanaman

Kamis, 09 Januari 2020 - 23:45 WIB
Dosen FMIPA UGM Kembangkan Pesawat Tanpa Awak Basmi Hama Tanaman
Dosen Prodi Elektronika dan Instrumen Departemen Ilmu Komputer FMIPA UGM Andi Dharmawan menunjukkan pesawat tanpa awak untuk membasmi hama dan penyakit tanaman, Kamis (9/1/2020). Foto/Dok.Humas UGM
A A A
YOGYAKARTA - Dosen Program Studi (Prodi) Elektronika dan Instrumen Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM Andi Dharmawan mengembangkan inovasi sistem pembasmi hamadan penyakit tanaman melalui udara dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) secara otonom. Sistem ini dapat mengetahui hama dan penyakit yang menyerang tanaman, sehingga bisa cepat ditasi. Dengan begitu kualitas dan kuantitas tanaman tetap dapat terjaga.

Andi Dharmawan mengatakan, pengembangan inovasi ini berawal dari masalah yang dihadapi petani atas serangan hama dan penyakit tanaman di lahan mereka. Lahan yang cukup luas dan tersebar, membuat penanggan hama dan penyakit tanaman sering terlambat. Akibatnya kualitas dan hasil tanamanpertanian dan perkebunan menurun.

"Hal itulah yang mendorong kami bersama tim peneliti lain dari Program Studi Elektronika dan Instrumentasi Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM mengembangkan inovasi untuk mengatasi persoalan tersebut," kata Andi di UGM, Kamis (9/1/2020).

Andi menjelaskan, sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman ini menggunakan e-drone yaitu modul flight controller untuk drone yang dibuat secara mandiri dengan kemampuan terbang secara autonomus.

"Sistem ini dikembangkan dengan memakai pesawat tanpa awak (UAV) berjenis fixed wing. UAV ini dilengkapi dengan komponen elektronik seperti motor brushless, motor servo, GPS, telemetri, baterai, dan IMU6 DOF," katanya.

Secara mekanik sistem ini dilengkapi dengan propeler 13, maxiumum take of weight 4 kg, bodi dibuat dari hardfoam dan flight controller yang merupakan metode kendali Linear Quadratic Regulator(LQR).

"Penggunaan flight controller ini diperlukan agar UAV bisa terbang dengan stabil dan menjalankan misi secara otonom. UAV juga memiliki kemampuan untuk membawa pestisida yang nantinya akan disemprotkan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman," katanya.

Selain itu, Andi bersama peneliti lain Agus Harjoko juga memanfaatkan UAV jenis fixe wing untuk pemetaan penyakit tanaman. UAV itu dilengkapi dengan flight controller yang dapat terhubung dengan sebuah ground segmen yang didukung dengan menggunakan BTS Baloon.

UAV akan melakukan pemantauan dan pemetaan pada wilayah yang ditentukan. Selanjutnya, hasilnya diproses menggunakan artificial intelegence (AI) untuk mengidentifikasi wilayah yang terkena hama dan penyakit tanaman.

"Pemetaan dilakukan menggunakan tiga wahana fixed wing dan bisa memetakan hingga 200 hektare. Dengan sistem ini dapat mengidentifikasi berbagai jenis penyakit tanaman," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6147 seconds (0.1#10.140)