Sultan Bekali Taruna Taruni AAU Konsep Kepemimpinan

Senin, 06 Januari 2020 - 19:32 WIB
Sultan Bekali Taruna Taruni AAU Konsep Kepemimpinan
Taruna dan Taruni AAU mendapat pengarahan soal kepemimpinan dari Sri Sultan HB X di GSM AAU, Senin (6/1/2020). Foto/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
YOGYAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X memberikan pengarahan soal kepemimpinan kepada 315 karbol (285 taruna dan 30 taruni) tingkat II-IV Akademi Angkatan Udara (AAU) di Gedung Sabang Merauke (GSM) AAU, Senin (6/1/2020).

Sultan dalam paparannya bertema "Memimpin dengan Aksi" menegaskan, ada tiga aspek kepemimpinan.Pertama, hati yang melayani. Dimulai dari dalam diri sendiri dengan ciri akuntabilitas, penuh tanggung jawab, dan dapat diandalkan. Kedua, yang melayani, yaitu harus memiliki metode kepemimpinan atau soft skill. Pemimpin efektif dimulai dari visi yang jelas. Tidak hanyamenciptakan visi, tapi merepresentasikan visi dalam tindakan.

Ketiga, pikiran yang melayani, yaitu memiliki metode kepemimpinan dengan memiliki program aksi, seperti menciptakan sistem dan prosedur dengan reward dan punishment. Selain itu, pemimpin wajib mengedepankan keteladanan."Saripati kepemimpinan memandu orang lain ke tujuan bersama," kata Sultan.

Untuk itu, pemimpin harus memiiki kesadaran dan sikap followership untuk bekerja sama dan mendukung leadership dalam menjalankan program aksi. Kemudian memiliki perpaduan dengan elemen lain dalam menjalankan program aksinya dan adanya keteladan kepempimpinan dengan menjalankanleadership, di mana pemimpin terlibat langsung.

"Memimpin dengan aksi itu mengubah sesuatu yang baik menjadi kualitas atau kompetensi yang lebih unggul. Yang diperlukan pun tidak hanya leadership, tapi followership yaitu kesediaan untuk bekerja sama dan kemampuan untuk menjaga ego agar tidak selalu berusaha menjatuhkan kepemimpinan yang terpilih," paparnya.

Sultan menjelaskan, followership harus mengalahkan nafsu berkuasa untuk diri sendiri, mengubah citra tentang status yang dipimpin karena dipimpin bukan merupakan bentuk ketidakberdayaan, tapimemberikan peluang seseorang untuk memimpin. Tanpa followership, keberadaan demokrasi hanya akan menjadi ajang perebutan kepemimpinan, sehingga rakyat yang menjadi korban karena menjadi amunisi saat terjadi baku hantam.

"Modal yang harus dimiliki seorang pemimpin itu tidak hanya intelektual semata, tapi kecerdasan emosional untuk menyelesaikan suatu tantangan," katanya.

Lalu bagaimana penerapan kepemimpinan di lingkungan TNI AU? Menurut Sultan, posisi pemimpin dalam jenjang apapun, tidak hanya cukup dengan karakter kepemimpinan, tapi perlu political will. Sehingga program aksi mencapai sasaran dan visi bukan sekedar dokumen.

Gubernur AAU Marsda TNI Nanang Santoso mengatakan, karena AAU secara fisik berada di Yogyakarta sehingga secara psikis dan spirit, mendapatkan nilai-nilai keluhuran kepemimpinan tentang keberanian, kehormatan, mengambil risiko, karakter ksatria, dan cinta kepada rakyat melalui Sri Sultan HB X.

"Sri Hamengku Buwono X sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk menjadi perwira TNI AU yang berkompetensi. Sehingga wejangan dari Sri Sultan merupakan kehormatan dan keistimewaan bagiAAU," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4360 seconds (0.1#10.140)