Tahun Baru, Warga Pegunungan Kendeng Pati Pawai 2.020 Obor

Rabu, 01 Januari 2020 - 01:08 WIB
Tahun Baru, Warga Pegunungan Kendeng Pati Pawai 2.020 Obor
Ribuan warga Pegunungan Kendeng, Sukolilo, Pati menggelar pawai 2.020 obor untuk menyambut Tahun Baru 2020. FOTO/iNews/TAUFIK BUDI
A A A
PATI - Ribuan obor menyala terang di tengah kegelapan jalan di kawasan Pegunungan Kendeng, Sukolilo, Pati, Selasa (31/12/2019) malam. Nyala 2.020 obor yang memanjang di sepanjang jalan bagaikan ular yang merayap untuk menyambut Tahun Baru 2020.

Cara unik menyambut tahun baru yang disebut ritual lamporan Nyiwer Kendeng dilakukan dengan jalan kaki dari lapangan Desa Kedumulyo, Sukolilo sampai Omah Kendeng. Warga harus menempuh jaraknya ± 5,5 kilometer.

"Nyiwer adalah menjaga. Jadi Nyiwer Kendeng adalah menjaga Kendeng dengan cara spiritual," kata seorang tokoh masyarakat setempat, Gunretno, Selasa (31/12/2019).

Dia menambahkan, mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani saat ini menghadapi masalah berupa hama yang merajalela. "Hama tersebut bukan hanya tikus, wereng, maupun ulat, tetapi juga kebijakan pemerintah yang lebih pro-investor dan tidak memedulikan aspek lingkungan," ujarnya.

"Harapannya peraturan-peraturaan yang tidak pro-petani ini bisa direvisi sesuai keinginan seluruh rakyat," tutur aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) itu.

Selama perjalanan dari Kedumulyo sampai Omah Kendeng, warga hanya berdoa dan tidak melakukan orasi. Lantunan doa itu mengandung makna segala upaya telah dilakukan tapi belum berhasil, sehingga warga hanya bisa pasrah pada Tuhan.

"Bahwa sebenarnya apa yang kita lakukan selama ini adalah sudah mentok. Contohnya Kasus Semen Indonesia di Rembang, dalam proses jalur hukum gugatan warga menang di PK Mahkamah Agung atas izin lingkungan," tuturnya.

"Di sisi lain Presiden juga memerintahkan untuk membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di Pegunungan Kendeng. Di mana rekomendasinya tidak boleh ada aktivitas pertambangan di Pegunungan Kendeng," tandasnya.

"Secara prosedur apa yang kita lakukan sebenarnya sudah mentok, jadi maksud dari doa di atas adalah kita mengembalikan semuanya kepada Sang Khalik, Tuhan, yang selama ini telah memberi bumi dengan segala isinya. Namun semua itu manusia merusaknya, maka jangan salahkan jika bumi ini murka dengan banyaknya bencana di negeri ini," katanya.

Kegiatan itu bukan sekadar menyambut Tahun Baru 2020, tetapi sekaligus pesan agar menjaga lingkungan. Semua kalangan diharapkan berperan serta untuk melestarikan alam dan tidak melakukan perusakan.

"Dengan doa tersebut kita ingin mengetuk lubuk hati yang dalam semua elemen, baik itu pemerintah sebagai pembuat dan pemangku kebijakan maupun masyarakat sebagai yang melakukan perusakan alam. Masa depan anak cucu kita yang terwarisi lingkungan yang lestari ada di tangan kita," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4793 seconds (0.1#10.140)