Berkah Santri, Sukarjo Kini Miliki 7 Outlet Oleh-oleh Khas Semarang

Jum'at, 27 Desember 2019 - 14:37 WIB
Berkah  Santri, Sukarjo Kini Miliki 7 Outlet Oleh-oleh Khas Semarang
Salah satu outlet oleh-oleh khas Semarang berlabel Bang Jhon 53 milik Sukarjo. FOTO : SINDOnews/Abdul Hakim
A A A
SEMARANG - Mata Sukarjo tiba-tiba berlinang. Dia tampak sangat terharu siang itu saat menceritakan perjalanan hidupnya hingga berhasil menjadi pengusaha Pusat Oleh-Oleh Khas Semarang berlabel Bang Jhon 53 saat ini. Beberapa kali dia tampak gugup dan berhenti berbicara seolah tak mampu meneruskan cerita.

Sambil terbata-bata, dia mengatakan, kesuksesannya saat ini banyak yang di luar batas kemampuan akalnya. “Saya terus terang tak pernah menyangka bisa menapaki seperti ini. Saya bersyukur pernah jadi santri di Ponpes At-Thohiriyyah,” ujar Sukarjo saat memberikan testimoninya pada Reuni Persaudaraan Santri Alumni At-Thohiriyyah (PESAT) di Ponpes Al-Ibriz, Kota Semarang, Rabu (25/12).

Di tengah puluhan santri alumni Ponpes At-Thohiriyyah, siang itu, Sukarjo memang didapuk menceritakan lika-liku kehidupannya. Latar belakangnya sebagai santri, tentu tidak mudah bisa menjalani profesi sebagai pengusaha hingga tergolong sukses.

Ya, lelaki gempal asal Kabupaten Grobogan ini merintis bisnis ini benar-benar dari nol. Bahkan kesuksesannya pun bukanlah lantaran dia sarjana ekonomi, manajemen bisnis atau ahli tata boga. Dia mengaku keberhasilannya saat ini tak lepas dari buah kerja keras dan disiplin. Selain itu, kesuksesannya lantaran mendapat keberkahan menjadi santri.

Saat ini, Sukarjo telah memiliki tujuh outlet yang menjual oleh-oleh khas Semarang, seperti lumpia, bandeng presto, wingko babat, mochi, hingga tahu bakso. Outlet-nya tersebar dari di tengah kota hingga di sejumlah rest area tol Trans Jawa ruas Semarang-Batang.

Di sepanjang Jalan Mgr Soegijopranoto hingga Siliwangi Kota Semarang, setidaknya ada tiga outlet Bang John 53. Jelang keluar Kota Semarang, tepatnya di samping Rumah Makan Sampurna Mangkang, outlet Jhon 53 juga ada.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pusat Oleh-Oleh Khas Semarang Bang Jhon 53 memang tumbuh pesat dan kerap jadi jujugan wisatawan. Selain lengkap dan outletnya bersih, John 53 juga banyak memberikan diskon harga bagi pembelinya. Kini outletnya juga berdiri di tiga rest area sepanjang jalan tol ruas Semarang-Batang. Tepatnya di Rest Area KM 360 (Subah), KM 389 A (Kendal) dan KM 389 B (Kendal). Di Jalan Raya Dinar Indah, Tembalang, Semarang, Sukarjo juga membuka kios agen air mineral dan gas.

Saat menimba ilmu di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Semarang pada 1995-1998, Sukarjo memang mondok di Ponpes At-Thohiriyyah, Pedurungan Kidul, Kecamatan Pedurungan. Lokasi pondok tak jauh dari sekolah, yakni sekitar 700 meter. Namun tak seperti kebanyakan santri, di ponpes asuhan KH Yusuf Masykuri LC itu, dia mengatakan tidak bisa rutin mengaji.

Bukan karena dia malas. Kesehariannya lebih disibukkan membantu pengasuh seperti membersihkan sekolah yayasan atau berbelanja sayuran untuk kebutuhan makan ratusan santri. Untuk saku sekolah, di sore hari, dia juga terpaksa menjadi pengambil bola tenis (ball boys) di GOR Manunggal Jati, Semarang.

Lulus dari MAN 1 Semarang dan keluar dari mondok, Sukarjo juga banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Beragam pekerjaan harus dia jalani, di antaranya berjualan jam dengan keliling kampung. Dari keuntungan berjualan ini, dia kemudian mampu berkuliah di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Meski lulus dan jadi sarjana agama, namun naluri bisnis Sukarjo justru lebih kuat.

Selain masih berjualan jam, dia kemudian mencoba merinstis bisnis pusat oleh-oleh. Kendati harus banyak mendapat cobaan dan tantangan, akhirnya Sukarjo berhasil menekuni usaha ini.

“Keberhasilan saya jelas atas ridha dari Abah Yusuf (pengasuh). Karena di pondok kita diajarkan keikhlasan, ketekunan dan kesederhanaan. Itu juga kunci keberhasilan saya,” ujar Sukarjo.

Untuk itu, dia bersyukur sempat mondok karena banyak keuntungan baik ilmu maupun hal-hal yang bersifat spiritual. Selain bisnis, kini Sukarjo juga dipercaya menjadi Ketua Gerakan Masyarakat Pemburu Koruptor (Gempur) Jawa Tengah dan pada Pemilu 2019 sempat menjadi calon anggota legislatif (caleg) Kota Semarang.

Pengasuh Ponpes Al-Ibriz KH Abdul Rikza mengatakan, ponpes adalah kawah candradimuka yang sangat baik untuk mencetak manusia yang selain ahli di bidang agama sekaligus terampil. Yang lebih unik, ikatan (rabithah) komunikasi antara pengasuh, guru dengan santri tak akan putus meski seorang santri tidak lagi belajar di pesantren.

“Ini terjadi karena hakikatnya pengasuh adalah Abah Ruh yang mampu terus tersambung doa-doanya. Karenanya, keberhasilan Kang Sukarjo adalah selain buah kerja keras juga keberkahan yang diterima seorang santri,” ujarnya saat menyampaikan mauidhah hasanah di pertemuan reuni PESAT tersebut.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.3980 seconds (0.1#10.140)