Cerita Takhayul Gerhana Matahari dari Berbagai Daerah

Kamis, 26 Desember 2019 - 05:16 WIB
Cerita Takhayul Gerhana Matahari dari Berbagai Daerah
Ilustrasi gerhana matahari cincin. Foto/BMKG
A A A
JAKARTA - Kamis 26/12/2019 hari ini diprediksi akan terjadi Gerhana Matahari cincin di Indonesia. Selain jadi kejadian alam yang menakjubkan, Fenomena alam ini banyak di banyak kebudayaan di negara lain sebagai kejadian mistis alias pembawa bencana

Seperti dilansir dari Oceanwide, sejak zaman dahulu, manusia telah melihat langit dengan penuh rasa hormat dan ketakutan. Tetapi tahukah Anda bagaimana orang-orang menganggap peristiwa gerhana matahari menjadi sejarah yang harus ditonton hingga saat ini?

Di China kuno, orang akan menggedor drUm dan pot lalu berteriak untuk menakut-nakuti naga yang sedang memakan matahari. Contoh paling awal dari hubungan antara gerhana matahari dan ketakutan juga takhayul sudah ada sejak 2300 SM dan 1800 SM yang telah ditemukan di Mesopotamia.

Pada zaman itu, jika ada gerhana matahari maka seorang raja akan mati. Untuk menghindari nasib yang sama, diperkirakan mungkin akan terjadi dalam seratus hari gerhana, raja akan turun dan tinggal di istana sebagai petani.

Pada abad ke-5 SM Yunani, filsuf Anaxagoras berusaha memahami dan menggambarkan gerhana bukan sebagai sesuatu yang memakan matahari atau kehendak para dewa melalui pemahaman fisika dan alam.

Misalnya, ia mengusulkan agar pelangi adalah fenomena sinar matahari yang membungkuk dalam hujan dan bukannya disebabkan oleh dewi Iris. Filsuf Anaxagoras dikenal sebagai orang pertama yang benar menjelaskan gerhana matahari yang memberi bayangan bulan di Bumi.

Tetapi orang Athena membawanya ke pengadilan dan menuduh dia melakukan tindakan penghinaan, Anaxagoras dikirim ke pengasingan selama sisa hidupnya.

Dengan demikian, idenya tentang gerhana termasuk gerhana bulan tidak banyak diketahui. Dan itu menimbulkan bencana bagi orang Athena selama Perang Peloponnesia. Pada 413 SM, ketika aristokrat Niclas memimpin sebuah ekspedisi untuk menangkap Syracuse di pantai Sisilia, gerhana bulan terjadi seperti orang Athena menyadari bahwa mereka tidak dapat menang dan harus mundur.

Nicias melihat gerhana sebagai pertanda buruk dan menunda keberangkatan armada. Merebut peluang tersebut, angkatan laut Syracunda menghancurkan 200 kapal dan membunuh serta memperbudak 29.000 tentara Athena sehingga akhirnya Athena menyerah pada 406 SM.

Tapi pemahaman tentang gerhana kemudian tumbuh, ketika orang-orang Athena melakukan ekspedisi ke Syracuse 30 tahun kemudian, dan mengalami gerhana bulan yang lain.BACA JUGA: Awas! 2 Juli 2019 Dipastikan Akan Terjadi Gerhana Matahari Total

Sebuah pemahaman tumbuh tentang gerhana juga mempromosikan konsep memprediksi mereka. Orang-orang Yunani memprediksi gerhana dengan keyakinan yang masuk akal pada 2.000 tahun yang lalu, dan pengetahuan itu menyebar ke Eurasia. Orang China mengembangkan metode terpisah untuk memprediksi gerhana.

Hingga pada akhirnya, orang Amerika tahu bahwa gerhana akan lintasi Amerika Barat pada Juli 1878. Para astronom dari seluruh dunia bergegas mengemasi teleskop mereka.

Sementara di Indonesia, Masyarakat Tidore percaya gerhana matahari terjadi karena raksasa memakan Matahari. Zaman dahulu, Tidore memiliki tradisi memukul kentung dari bahan bambu untuk mengusir raksasa. Ritual itu dikenal dengan nama Dolo-Dolo.

Namun seperti yang sudah dijelaskan secara ilmiah, gerhana bulan terjadi karena fenomena alam, bukan adanya raksasa yang ‘memakan’ bulan sehingga bentuknya menjadi tidak umum.

Bukan hanya masyarakat Tidore yang punya kepercayaan bahwa matahari bisa ‘dimakan.’ Suku Inka juga percaya bahwa gerhana bulan total terjadi karena jaguar memakan bulan. Mereka percaya warna merah pada bulan adalah darah bulan yang keluar setelah dimakan jagur.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9251 seconds (0.1#10.140)