Terungkap, Bumi Pernah Nyaris Hancur 565 Juta Tahun Lalu

Minggu, 03 Februari 2019 - 10:00 WIB
Terungkap, Bumi Pernah Nyaris Hancur 565 Juta Tahun Lalu
Bumi pernah nyaris hancur pada 565 juta tahun lalu lantaran inti bumi belum mengalami kepadatan sepenuhnya. FOTO/Ilustrasi/IST
A A A
NEW YORK - Ancaman kehancuran bumi tidak hanya terjadi di masa kini. Peneliti menyebut, sekitar 565 juta tahun lalu, planet yang ditinggali manusia ini juga nyaris hancur lantaran inti bumi belum mengalami kepadatan sempurna.

Inti bumi menghasilkan medan magnet untuk planet ini.Para ilmuwan yang dipimpin oleh Richard Bono, seorang peneliti palaeomagnetisme di Universitas Rochester, New York, mendapatkan sebuah data tentang terbentuknya planet ini. Mereka mengatakan bahwa planet kita memadat pada waktu yang tepat.

Di Quebec bagian timur Kanada, mereka mempelajari kristal plagioklas tunggal dan klinopyroxene yang terbentuk sekitar 565 juta tahun lalu. Mereka mendapatkan hasil bahwa inti bumi mengisi ulang medan magnet bumi ketika berada pada titik terlemahnya.

Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang pembentukan inti bumi, sekaligus mendukung teori inti bumi yang relatif muda. Para peneliti menemukan intensitas medan geomagnetik rendah yang be lum pernah terjadi sebelumnya. Intensitas pada frekuensi tinggi saat pembalikan magnet waktu itu, menunjukkan bahwa geodinamo berada pada titik kehancuran.

“Sebuah misteri abadi tentang bumi telah menjadi usia inti yang solid,” kata para peneliti, dikutip dari dailymail. Data ini memungkinkan mereka untuk merekonstruksi garis waktu inti bumi dalam nukleasi.

Nukleasi adalah langkah awal di mana sejumlah atom dapat diendapkan untuk membentuk bibit kristal padat. Seorang ilmuwan, Peter Driscoll, pernah menulis tentang nukleasi inti bumi yang mungkin terjadi, pada saat yang tepat untuk mengisi ulang geodinamika dan menyelamatkan perisai magnet bumi.

“Para ilmuwan sebelumnya menafsirkan medan magnet melemah 565 juta tahun yang lalu sebagai hasil dari gerakan tektonik cepat, pembalikan polaritas yang sering terjadi dan bahkan dipol khatulistiwa,” kata Driscoll.

Sebuah inti muda yang konsisten dengan model sejarah termal bumi memprediksi adanya perpindahan panas dari inti ke mantel dalam jumlah besar. Secara tidak langsung, ini merevisi ke konduktivitas termal inti. Studi baru ini juga dapat digunakan untuk mencari kehidupan asing di luar angkasa.

Salah satu contohnya adalah planet yang dapat di huni oleh makhluk hidup. Selain itu, studi ini memberikan pandangan baru kepada astronom tentang bagaimana planet-planet lain dapat mem pertahankan bentuk kehidupannya. Ada perbedaan antara bumi dengan planet-planet lain di alam semesta, yang sudah ditemukan.

Bumi terdiri atas beberapa lapisan yang berbeda-beda dengan sifat unik, yang tidak dimiliki planet lain. Secara garis besar, lapisan bumi terdiri atas enam bagian. Masingmasing bagian adalah inti solid (bagian terdalam), inti cair, mantel bawah, mantel atas, astenosfer, dan paling atas yakni litosfer.

Pada level terdalam, ada inti dalam yang diyakini solid. Ini menghasilkan medan magnet bumi dan melindungi kita dari radiasi kosmik. Inti bumi berukuran dua per tiga dari bulan dan sebagian besar terbuat dari besi.

Suhu besi mencapai 5.700oC, sama panasnya dengan permukaan matahari, tetapi tekanan impitan yang disebabkan oleh gravitasi mencegahnya menjadi cair. Lapisan berikutnya adalah inti cair bumi yang merupakan lapisan fluida setebal 2.200 km dan sebagian besar terdiri dari besi, nikel, dan logam lainnya.

Perbedaan suhu, tekanan, dan komposisi pada inti luar menyebabkan logam di sini adalah cairan. Arus konveksi bisa menyebabkan logam cair bersifat dingin, padat, dan hangat. Kekuatan ‘Coriolis’ yang disebabkan oleh putaran bumi, juga menyebabkan pu saran air yang berputar-putar.

Hal ini membuat aliran besi cair menghasilkan arus listrik, untuk menciptakan medan magnet. Spiral yang disebabkan oleh gaya Coriolis adalah medan magnet yang terpisah dan disejajarkan dengan arah yang sama. Efek gabungannya menghasilkan satu medan magnet luas yang menelan planet ini.

Mantel adalah wilayah terbesar di bumi bawah tanah dan membentuk sekitar 84% volume planet ini. Itu terletak di antara kerak dan inti luar dan dipecah menjadi dua bagian, atas dan bawah. Astenosfer adalah bagian dari mantel atas yang berada di bawah litosfer.

Astenosfer diyakini terlibat dalam pergerakan lempeng tektonik. Litosfer adalah wilayah planet yang di kenal sebagai kerak dan beberapa tepian mantel paling atas. Itu menampilkan semuanya yang dianggap sebagai tanah.

Batas litosfer dan astenosfer (LAB) didefinisikan sebagai perbedaan respons terhadap stres bumi. Litosfer sering kategorikan sebagai bagian yang kaku, sedangkan astenosfer dikenal sebagai bagian yang lebih lemah dan lebih kental, serta dapat bergerak dan diketahui bergerak.

Pergerakan astenosfer sering menyebabkan lempeng-lempeng bergerak ke dalam. Hal ini memengaruhi pergeseran LAB, yang menjadi penyebab tsunami dan gempa bumi, serta pembentukan barisan pegunungan. Meskipun begitu, sampai saat ini belum ada peneliti yang pernah melakukan perjalanan ke pusat bumi.

Mereka hanya mempelajari gelombang kejut dari gempa bumi untuk menentukan struktur yang memungkinkan. Untuk menentukan kapan bagian inti bumi mengalami pengerasan, jawaban para peneliti sangat beragam, berkisar antara 2,5 miliar hingga 500 juta tahun lalu.

Para peneliti mengatakan bahwa kehidupan di bumi akan menghadapi tantangan yang berat. Angin dan matahari akan melucuti atmosfer planet dan menyinari permukaan dengan radiasi berbahaya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8668 seconds (0.1#10.140)