Densus 88 Kembali Tangkap Terduga Teroris di Sleman

Jum'at, 20 Desember 2019 - 23:11 WIB
Densus 88  Kembali Tangkap  Terduga Teroris di Sleman
Rumah P di Kutu Wates, Sinduadi, Mlati, Sleman terlihat sepi usai ditangkap petugas Densus 88, Jumat (20/12/2019) sore. FOTO : SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
SLEMAN - Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali menangkap terduga teroris di Sleman. Setelah pada Rabu (18/12/2019) menangkap terduga teroris warga Kadisono, Tegaltirto, Berbah, Jumat (20/12/2019) Densus 88 menangkap terduga teroris warga Kutu Wates, Sinduadi, Mlati, Sleman, P, 57. P ditangkap di depan Puskesmas Mlati.

Setelah menangkap petugas juga mengeledah rumah MZ di Kut Wates, Sinduadi, Mlati, Sleman yang juga digunakan sebagai PAUD/TK Qurrota Ayun 2 dan membawa beberapa barang dari dalam rumah.

Untuk pengeledahan ini petugas mengajak ketua RW Kutu Ngemplak sebagai saksi. Sebab rumah P berada di perbatasan Dusun Kutu Wates dan Kutu Ngemplak dengan akses utama yang memakai Jalan Dusun Kutu Ngemplak.

Ketua RW 13, RT 7 Dusun Kutu Ngemplak, Nur Hidayat, 39 mengatakan untuk pengeledahan rumah P dirinya diminta menjadi saksi. Densus 88 itu memeriksa seluruh ruangan rumah seperti kamar tidur P, kamar tidur anak, ruang kantor, dan ruang belajar.

Dari pengeledahan itu petugas menemukan sejumlah barang yang mencurigakan, ditenggarai unsur mungkin bom sehingga meminta tim Jibom (penjinak bom) menguji beberapa cairan. Untuk memastikan apakah cairan menjadi bagian untuk merakit bom atau bukan.

“Ada beberapa cairan yang ditemukan di dalam botol, 5 sampai 10 botol, lalu ada yang di dalam 2 jerigen, serta dalam botol bekas aki dan 2 botol aqua yang berwarna kekuningan dan kemerah-merahan,” kata Dayat Panggilan Nurhidayat, Jumat (20/12/2019) malam.

Nur Hidayat menjelaskan, untuk barang-barang yang dibawa di antaranya charger HT, headset HT, dan sejumlah buku ajaran agama. “Saat penggeledahan juga ditemukan HP jadul, tapi HP yang dimiliki terduga P malah belum ditemukan sehingga harus menunggu lama keterangan dari istrinya yang drop karena tiba-tiba dikepung Tim Densus 88,” jelasnya.

Menurut Dayat, penampilan keseharian P terlihat eksklusif berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Selama ini P juga tidak mau datang dan kumpul gotong- royong bersama warga.

“P memiliki jaringan jamaah muslim yang berbeda sampai melakukan crash dengan peribadatan warga sampai keluarganya tidak menginjakkan kakinya ke masjid warga. Beribadah bersama-sama dengan kami kira-kira 3 sampai 4 tahun yang lalu,” terangnya.

Ketua RT 7/RW 13 Kutu Ngemplak Sinduadi Mlati Sleman, Marmin Hidayat, 53 menambahkan, P dulunya bergaul dengan warga, tapi semenjak tiga tahun yang lalu tidak pernah. “Mulai berubah semenjak sekolah PAUD/TK berkembang. Di sekolah itu istrinya sebagai kepala sekolah dan P sebagai bendahara," tambahnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5157 seconds (0.1#10.140)