Diikuti 160 Pelajar, Kemendagri Gelar Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan

Jum'at, 01 Februari 2019 - 09:34 WIB
Diikuti 160 Pelajar, Kemendagri Gelar Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan
Forum pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan di Semarang bertema upaya pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa di Hotel Harris Sentraland Semarang, Kamis (24/1/2019)
A A A
SEMARANG - Sebanyak 160 pelajar dari 40 sekolah SMA dan sederajat di Jawa Tengah hadir dalam forum Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan di Provinsi Jawa Tengah dengan tema "Upaya pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa" di Orange Ballroom Hotel Harris Sentraland Semarang, Kamis (24/1/2019).

Wawasan kebangsaan dimaknai sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah. Hal ini harus dilandasi dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) guna mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara.

Frasa penting dalam wawasan kebangsaan yang dapat diidentifikasikan bersama adalah mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Frasa ini menjadi penting karena ini yang menjadi tujuan utama dari wawasan kebangsaan.

Namun demikian, realitas dan fenomena yan terjadi saat ini menunjukkan potensi memudarnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada umumnya saat ini Indonesia mengalami masalah dalam menyosialisasikan wawasan kebangsaan. Berbagai survei memperlihatkan bahwa kondisi wawasan kebangsaan di berbagai kalangan cenderung menurun.

Hal ini kemudian mendorong Direktorat Bina Ideologi Karakter dan Kebangsaan pada Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri menggelar Forum Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan di Provinsi Jawa Tengah tersebut.

"Forum Pemantapan Karakter dan Wawasan Kebangsaan ini menyasar para siswa SLTA baik yang berada di bawah Kemendikbud maupun Kemenag RI. Karena mereka juga perlu memahami betapa mereka ini adalah warga negara dari suatu negara yang sangat besar dengan prospek masa depan yang luar biasa," ungkap Direktur Bina Ideologi Karakter dan Kebangsaan pada Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Prabawa Eka Soesanta.

Prabawa menambahkan, para siswa pemilih pemula ini harus punya optimisme yang kuat bahwa negeri ini akan menjadi negara yang besar. Hal itu hanya mungkin terjadi apabila generasi mudanya memahami cita-cita dan tujuan pembentukan negara ini dengan empat konsensus dasar kebangsaannya, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri bekerjasama dengan Badan Kesbangpol Jateng dan Disdikbud Jateng bersama-sama menggarap wawasan kebangsaan siswa SLTA ini agar mereka mampu menjadi benteng pertahanan Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika," imbuh Prabawa.

Sosialisasi pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan ini bertepatan dengan tahun politik 2019 karena dengan forum tersebut digelar sebagai upaya pemerintah untuk memberi kesadaran pada siswa tentang pentingnya Pemilu dan Pilpres 2019. Pesta demokrasi yang akan digelar tahun ini adalah satu keniscayaan, karena bangsa ini sudah menyepakati bahwa setiap lima tahun sekali akan memilih pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita tujuan bernegara.

Bukan sebaliknya pemilu sebagai ajang mencari musuh ataupun saling mencela orang yang berbeda pilihan. Bangsa ini telah bersepakat bahwa pemilu itu ada sebagai pesta demokrasi bangsa ini, bukan sebagai ajang permusuhan.

"Sebagaimana pula anjuran Mendagri Tjahjo Kumolo SH bahwa pemilu harus benar-benar terbebas dari berbagai penyakit seperti hoaks, ujaran kebencian, politik uang. Itu semua harus dihilangkan, karena akan mencederai esensi pemilu yang sudah disepakati bangsa ini sebagai implementasi dari Pancasila yang baik dan luhur," terang Prabawa.

Prabawa menggambarkan, Indonesia adalah sebuah negara yang makmur dalam istilah jawa sering dikenal ijo royo-royo gemah ripah loh jinawi. Di atas negara yang makmur, terdapat tanah yang subur sehingga semua mahluk yang hidup di atasnya menjadi makmur. "Negeri semacam inilah yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa. Dan inilah Indonesia," tegas Prabawa.

Dia menambahkan, hakikat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah merdeka dahulu kemudian bersatu. "Esensinya, untuk bisa makmur harus adil. Untuk bisa adil harus berdaulat. Untuk bisa berdaulat harus bersatu. Dan untuk bisa bersatu maka harus merdeka terlebih dahulu," terangnya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia memiliki cita-cita luhur. Pemerintah dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia yang memiliki 1.300 bahasa, 17.000 pulau dan 800 suku bangsa.

"Melindungi segerap bangsa dan tumpah darah Indonesia tidak hanya mencegah serangan dari luar, namun dari bencan alam juga. Kita harus tanggap akan bencana, dan menjadikan perilaku kehidupan kita bersesuaian dengan kondisi alam kita. Kita berada di wilayah cincin api yang akrab dengan kejadian banjir, rob, erupsi gunung api, tanah longsor, gempa dan lainnya," paparnya.

Bangsa ini juga harus mampu mewujudkan cita-cita untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan benar-benar terimplementasi dalam kehidupan yang nyata.

"Saya mengimbau para peserta forum ini sekaligus seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak golput. Jadi sangat disayangkan kalau sampai golput. Pemilu harus bebas, jujur, adil, bertanggungjawab," tambah Prabawa.

Pemilu juga merupakan salah satu alat proses dalam mencapai cita-cita bangsa, membangun kesadaran pemilih pemula atau pelajar untuk menggunakan hak dan kewajibannya dalam proses demokrasi yang akan datang. Jangan sampai generasi muda itu apatis dalam proses demokrasi yang sedang dilaksanakan.

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah Akhmad Rofai menambahkan, pihaknya bersama instansi terkait telah melakukan berbagai program di antaranya menggelar forum wawasan kebangsaan, forum nilai-nilai ideologi maupun forum nilai-nilai kejuangan.

"Untuk forum pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan sudah kami lakukan dengan menyasar berbagai elemen, yakni pelajar, mahasiswa, masyarakat umum dan elemen organisasi," terang Rofai.

Jelang pemilu dan pilpres 2019 ini, Kesbangpol Jateng juga fokus menyasar kaum pemilih pemula dalam hal sosialisasi tentang hak pilih.

"Kita menyasar pemilih pemula dari siswa SLTA. Perlu kita lakukan sosialisasi dan pencerahan agar pemilih pemula bisa menentukan pilihannya dalam pemilu dan pilpres dengan rasional. Karena mereka ini baru pertama kali mengalami, sehingga masih dalam proses belajar untuk menentukan pilihan sekaligus pengalaman empiris yang pertama kali mencoblos surat suara pada pemilu serentak Pilpres, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan DPD RI pada 17 April 2019 mendatang," ujar Rofai.

Karena ada sekitar lima kartu suara yang akan dicoblos pada pemilu nanti, Rofai menegaskan perlunya sosialisasi bagi pemilih pemula dalam hal teknis pencoblosan.

"Sosialisasi teknis tentunya sudah dilakukan oleh KPU bersama pemerintah. Sementara Kesbangpol Jateng sifanya memberikan pemahaman dan penyadaran kepada pemilih bahwa sebagai warga negara yang baik, mereka harus ikut menggunakan haknya dalam menetukan pemimpin bangsa ini ke depan," terangnya.

Para peserta yang telah mengikuti sosialisasi atau forum pemantapan karakter dan wawasan kebangsaan, kata Rofai, biasanya mampu menjadi kader sosialisasi pentingnya pemilu terhadap keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Ada semacam getok tular pada lingkungan dan keluargnya, kemudian berkesinambungan tersosialisasi ke masyarakat luas.

"Sosialisasi ini sudah kita galakkan sejak 2017 dan akan kita lakukan lagi dengan cakupan masyarakat yang lebih luas," pungkasnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8079 seconds (0.1#10.140)