UMY Kupas Bung Karno dan Muhammadiyah

Minggu, 08 Desember 2019 - 02:57 WIB
UMY Kupas Bung Karno dan Muhammadiyah
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menjadi pembicara kunci Seminar Bung Karno, Api Islam dan Muhammadiyah, di UMY, Sabtu (7/12/2019). FOTO : DOK Humas UMY
A A A
YOGYAKARTA - Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar seminar bulanan Muhammadiyah di kampus UMY, Sabtu (7/12/2019). Kali ini mengangkat tema Bung Karno, Api Islam dan Muhammdiyah.

Seminar ini untuk mengurai sosok Bung Karno dan Islam khususnya Muhammdiyah melalui kajian akademik yang sifatnya terbuka dan kritikal.

Empat pembucara dihadirkan dalam acara tersebut, yakni mantan Ketua Umum Muhammadiyah Syafii Maarif; mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif; Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof Bambang Purwanto dan Ketua Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik UMY Zuly Qodir.

Syafii Maarif dalam paparanya mengatakan Bung Karno sebagai tokoh Proklamator Indonesia, memiliki kaitan erat dengan Muhammadiyah. Saat diasingkan Belanda ke Bengkulu tahun 1938, Bung Karno menjadi pengurus Muhammdiyah bahkan mempersunting Fatmawati, putri seorang tokoh Muhammadiyah setempat.

”Saat dibuang ke Bengkulu, Bung Karno aktif di Muhammadiyah, mengajar dan memberi kursus-kursus,” kata Buya panggilan Syafii Maarif.

Pembicara lainnya, Yudi Latif mengatakan sejak usia 15 tahun Bung Karno sudah bergabung dengan organisasi Muhammadiyah, yaitu saat tinggal di rumah Hos Cokroaminoto di Surabaya.

”Di rumah HOS Cokroaminoto itu ada masjid dan selalu mengelar pengajian rutin sebulan sekali. Di situ lah Bung Karno mulai belajar apa itu Islam, tetapi kan dalam perjalanan berikutnya ia lebih hanyut di dalam politik,” paparnya.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM Bambang Purwanto mengatakan, Bung Karno merupakan sosok kutu buku. Ini lantaran minatnya terhadap ilmu pengetahuan yang begitu tinggi, sehingga menjadikannya sebagai tokoh bangsa yang luar biasa.

Sedangkan ketua prodi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik UMY, Zuly Qodir menekankan pentingnya mempelajari sejarah tentang Soekarno dan Muhammadiyah, untuk menghilangkan persepsi keliru yang selama ini berkembang di masyarakat.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6255 seconds (0.1#10.140)