Ceramahnya Dianggap Hina Nabi Muhammad, Gus Muwafiq Minta Maaf

Rabu, 04 Desember 2019 - 17:44 WIB
Ceramahnya Dianggap Hina Nabi Muhammad, Gus Muwafiq Minta Maaf
Screen shoot Gus Muwafiq saat menyampaikan klarifikasi terkait isi ceramahnya yang viral dan dianggap menghina Nabi Muhammad, Senin (2/12/2019). (Foto: Instagram)
A A A
YOGYAKARTA - Ceramah KH Ahmad Muwafiq aatau Gus Muwafiq di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), yang membahas tentang masa kecil Nabi Muhammad mendapat banyak sorotan. Pernyataan ulama berusia 45 tahun itu dianggap tidak menghormati dan menghina Nabi Muhammad.

Menanggapi hal itu, Gus Muwafiq memberikan klarifikasi dalam video berdurasi 2 menit 40 detik. Video ini diunggah di media sosial Instagram gus.muwafiq yang dikelola santri Gus Muwafiq.

Dalam video tersebut, Gus Muwafiq yang memakai kaos putih dan berpeci hitam mengaku merasa senang karena dirinya telah diingatkan oleh umat Islam terkait isi ceramahnya di Purwodadi. Pada intinya, dia meminta maaf kepada umat Islam yang merasa isi ceramahnya tidak tepat. Dia sama sekali tidak bermaksud menghina Nabi Muhammad dan menegaskan kecintaannya pada Rasulullah.

“Dengan senang hati saya banyak diingatkan oleh kaum Muslimin dan warga bangsa Indonesia yang begitu cinta sama Rasulullah. Saya sangat mencintai Rasulullah. Siapa kaum Muslimin yang tidak ingin Rasulullah,” kata Gus Muwafiq dalam video tersebut.

Gus Muwafiq yang pernah menjabat sebagai asisten pribadi KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, termasuk saat menjabat sebagai Presiden RI ini menjelaskan, soal pernyataannya dalam ceramah di Purwodadi, sebenarnya dilatarbelakangi banyaknya pertanyaan dari kaum milenial. Hal itu menjadi tantangan hari ini.

“Akan tetapi, saya sampaikan kemarin kalimat itu di Purwodadi, sesungguhnya adalah itulah tantangan kita hari ini. Bahwa milenial hari ini selalu berdiskusi dengan saya tentang dua hal tersebut. Saya yakin dengan seyakin-yakinnya nur Muhammad itu memancarkan sinar. Akan tetapi, generasi sekarang banyak bertanya, apakah sinarnya seperti sinar lampu. Dan semakin dijawab, semakin tidak ada juntrungnya,” kata Gus Muwafiq.

Ulama Nahdlatul Ulama (NU) itu juga menjelaskan terkait kata rembes dalam potongan ceramahnya yang viral di media sosial. “Lantas kemudian terkait dengan kalimat rembes, rembes itu dalam bahasa Jawa artinya punya umbel, tidak ada lain. Bahasa saya rembes itu umbelan itu, ini terkait juga dengan pertanyaan biasanya, apakah anak yang ikut dengan kakeknya ini kan bersih. Karena kakek saking cintanya sama cucu sampai cucunya kadang, apa-apa juga boleh. Hal itu saja yang sebenarnya,” katanya.

Dia pun kembali menegaskan bahwa isi ceramahnya itu tidak menghina Nabi Muhammad. Apalagi, dia sejak kecil telah dididik untuk menghargai Rasulullah. Namun, dia menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mengingatkan dirinya.

“Alhamdulillah, saya diingatkan, terima kasih. Dan demi Allah tidak ada sedikit pun saya menghina Rasulullah. Saya dari kecil dididik untuk menghargai Rasulullah. Ini bukan masalah keyakinan, ini tantangan. Kita sering ditantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan milenial yang kadang kita sendiri sudah enggak tahu jawabannya karena mereka sudah nggak percaya dengan jawaban-jawaban kita,” katanya.

Ulama yang tinggal di Kota Sleman, Daerah Istimewa Yogyakakarta ini juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh kaum Muslimin di Indonesia jika kalimatnya dianggap terlalu lancang. Baginya, yang dia alami saat ini merupakan cara Allah menegurnya.

“Untuk seluruh kaum muslimin di Indonesia, apabila kalimat ini dianggap terlalu lancang, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada maksud menghina. Mungkin hanya inilah cara Allah menegur agar ada lebih adab terhadap Rasulullah dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya sederhana. Tetapi, beberapa orang menganggap ini kalimat yang cukup berat. Kepada seluruh kaum muslimin, saya mohon maaf. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” katanya.

Sampai Selasa (3/12/22019), pukul 14.30 WIB, video klarifikasi Gus Muwafiq ini telah ditonton 46.603 kali dan dikomentari 1.108 netizen.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1766 seconds (0.1#10.140)