Yogyakarta Terasa Panas dan Gerah, Ini Penjelasan BMKG

Selasa, 03 Desember 2019 - 14:01 WIB
Yogyakarta Terasa Panas dan Gerah, Ini Penjelasan BMKG
Suhu udara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terasa cukup panas dalam beberapa waktu terakhir. FOTO/Dok.SINDOnews
A A A
YOGYAKARTA - Suhu udara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terasa cukup panas dalam beberapa waktu terakhir. Tidak hanya siang, malam hari pun rasanya gerah. Apa penyebabnya?

Hasil pantauan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada malam hari cuaca di DIY antara 23 sampai dengan 24 derajat Celcius. Sedangkan pada siang hari mencapai 31-32 derajat Celcius.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Etik Setyaningrum, Rabu (3/12/2019), menjelaskan, panas yang terasa disebabkan adanya kandungan uap air (RH) yang cukup banyak di udara. Hal ini menyebabkan adanya proses penguapan hingga pembentukan awan. Kondisi membuat radiasi balik bumi ke atmosfer tertahan oleh awan. Akibatnya, radiasi tidak bisa keluar bebas ke angkasa tetapi dipantulkan kembali ke bumi.

"Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di bumi terasa lebih gerah," katanya.

Hingga dasarian III November 2019, kata Etik, hujan mengguyur Yogyakarta hanya di spot-spot tertentu atau belum merata. Hujan paling banyak terjadi di wilayah Sleman dan Kulonprogo, khususnya bagian utara hingga tengah. Dari catatan di BMKG Staklim Mlati, curah hujan mencapai diatas 50 mm/dasarian.

"Diprediksi curah hujan sedikit demi sedikit akan mulai meningkat di bulan Desember," katanya.

Bila dilihat dari kondisi iklim, maka curah hujan hingga akhir November masih kategori rendah-menengah. Dibandingkan dengan kondisi normal, maka musim hujan tahun ini mengalami kemunduran hingga 2-3 dasarian. Untuk itulah masyarakat harus mewaspadai kemungkinan terjadinya hujan di Desember. Khususnya hujan dalam kategori sedang hingga lebat yang berpotensi disertai petir dan angin kencang.

"Kami minta masyarakat untuk memotong cabang pohon yang sudah tua agar tidak roboh," katanya.

Sementara itu pada Senin (2/12/2019) hujan disertai angin kencang mengguyur wilayah Prambanan, Sleman. Akibatnya sejumlah pohon tumbang dan menimpa rumah dan menutup jalan. Selain itu ada juga sebagian atap rumah warga yang terbuat dari asbes yang ikut terbawa angin.

"Ada 28 titik di desa Bokoharjo, Madurejo dan Sumberharjo," kata Kasi Kegawatdaruratan BPBD Sleman, Makwan.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9092 seconds (0.1#10.140)