Atasi Kekeringan di DIY, DPD Dorong Pemanfaatan Air Tanah

Selasa, 03 Desember 2019 - 09:00 WIB
Atasi Kekeringan di DIY, DPD Dorong Pemanfaatan Air Tanah
Anggota DPD Perwakilan DIY Afnan Hadikusumo berharap Pemda DIY segera membuat regulasi pemanfaatan air tanah dan hujan. FOTO/SINDOnews/SUHARJONO
A A A
YOGYAKARTA - Sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini masih dihantui kekeringan. Padahal beberapa ahli geologi menyebutkan ketersediaan air tanah di DIY sebenarnya mencukupi, hanya penggunaannya belum optimal.

Anggota DPD Perwakilan DIY Afnan Hadikusumo mengatakan, dibutuhkan manajemen pengelolaan air yang optimal untuk mengatasi persoalan air di DIY. "Lokasi sumber air di DIY sebenarnya banyak hanya saja dibutuhkan upaya yang optimal sehingga bisa dimanfaatkan," katanya dalam seminar pengelolaan air di Kantor DPD Perwakilan DIY di Yogyakarta, Senin (2/12/2019).

Menurutnya, pengiriman bantuan air bersih bukan lah solusi menghadapi kekeringan, tapi hanya bersifat tanggap darurat. Dia berharap Pemda DIY membuat regulasi untuk pemanfaatan air tanah dan hujan. "Termasuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar bisa mengelola air hujan secara mandiri," ujarnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana mengatakan pihaknya berencana melakukan pengelolaan air tanah secara maksimal. Pada 2022 nanti, Pemda DIY menargetkan membangun 144 sumur bor. "Kami harap 2022 bisa dimaksimalkan, sehingga droping air bersih bisa ditekan," katanya.

Meski begitu, menurut Biwara, pengiriman bantuan air bersih masih dibutuhkan. Sebab, masih ada wilayah yang tidak terjangkau perpipaan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Selain itu juga ada daerah yang tidak ada sumber air tanah.

Berdasarkan data BPBD DIY 2019, tercatat 69,7 juta liter air bersih telah disalurkan ke warga yang membutuhkan. Jumlah tersebut merupakan bantuan berasal dari pemerintah maupun dari swasta. "Saat ini di Gunungkidul juga membutuhkan droping air, karena curah hujan masih minim," katanya.

Kepala BPBD Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki mengakui, pihaknya selalu mendapatkan jatah pengeboran sumur setiap tahun. Namun tidak semua wilayah di Gunungkidul bisa dibor untuk mengangkat air tanah. "Bantuan sumur bor hanya diperuntukkan wilayah tengah dan utara. Kalau wilayah selatan sangat kecil kemungkinan karena sumber air bawah permukaan tanah minim," katanya.

Karena kondisi itu, kata Edy, wilayah di Gunungkidul sulit terbebas dari pengiriman bantuan air bersih saat kekeringan. "Tiap tahun kami selalu mengandalkan droping air. Tahun 2019 ini kami menjangkau 143.000 jiwa terdampak kekeringan," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.9478 seconds (0.1#10.140)