Menghitung Peluang Gibran Jika Maju di Pilwalkot Solo

Selasa, 03 Desember 2019 - 05:00 WIB
Menghitung Peluang Gibran Jika Maju di Pilwalkot Solo
Relawan mengajak warga Potong rambut gratis dan tanda tangan dukungan untuk Gibran pada Pilkada 2020 di Solo, beberapa waktu lalu. FOTO/ANTARA/Mohammad Ayudha
A A A
SEMARANG - Munculnya nama putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dalam bursa Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Solo 2020 menyedot perhatian sejumlah kalangan. Seberapa peluang Gibran jika nantinya benar-benar bertarung untuk memperebutkan tahta singgasana di Kota Solo?

Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, M Yulianto berpandangan bahwa partai penguasa, dalam hal ini PDI Perjuangan, sepertinya tidak akan mengorbankan mekanisme pemilihan bakal calon sesuai dengan aturan partai.

"Kalau saya lihat ya, statement Ketua DPC-nya (FX Hadi Rudyatmo) itu cenderung pada yang sudah diajukan, yang sudah dikader adalah wakil wali kota (Achmad Purnomo) itu lebih kuat. Senioritasnya, pengalaman dan kemauan dari anak-anak cabang itu," kata Yulianto kepada SINDOnews usai mengikuti Prime Topic MNC Trijaya FM di Gets Hotel Semarang, Senin (2/12/2019).

"Kalau anaknya pak Jokowi ini lebih banyak ditopang oleh generasi milenial, yang ingin ada perubahan karena menampilkan faktor usia dan gagasan inovasi, yang kebetulan memang maju, yang paling punya kans lewat partai," ujarnya.

Terkait kemampuan, Yulianto menilai Gibran mumpuni dalam memimpin bisnis, tapi belum tentu dalam politik dan pemerintahan. Sebab, ada banyak faktor yang mempengaruhi, baik di pemerintahan, masyarakat, dan partai politik. "Itu tidak semudah mengelola perusahaan martabak. Itu di dalam konteks politik," ujar Yulianto.

Menurutnya, Gibran boleh saja mempraktikkan manajemen bisnis ke politik, sehingga nanti lahir pemerintahan berbasis bisnis. "Namun kan tidak semudah itu dan dalam waktu 5 tahun belum tentu (bisa)," ujarnya.

Yulianto mengingatkan apa yang disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri saat didatangi Gibran. "Saya membaca jawaban Bu Mega, Mas Gibran banyak membaca buku dulu. Itu makna politiknya tinggi, artinya apa? belajar berpolitik dulu dari teori mungkin dari pengalaman mungkin, dari laporan-laporan supaya kapasitas kemampuan memahami politiknya lebih bagus dan siap memimpin," ujar Dosen FISIP Undip ini.

"Yang kedua maknanya, karena usianya masih muda mungkin membaca dulu dalam beberapa waktu, baru nanti disiapkan. Itu makna politik Bu Mega, sehingga mengingatkan," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7633 seconds (0.1#10.140)