Tim UNS Dampingi Warga Desa Pojok Kembangkan Desa Wisata

Rabu, 27 November 2019 - 20:25 WIB
Tim UNS Dampingi Warga Desa Pojok Kembangkan Desa Wisata
Program pendampingan warga di Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo dengan tema Akselerasi Kampung Selo Beraksi. FOTO/DOK.UNS
A A A
SOLO - Tim Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo melakukan program pendampingan warga di Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo untuk mengembangkan desa wisata edukasi. Pendampingan dilakukan oleh tim dari Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UNS.

Pendampingan mengambil tema Akselerasi Kampung Selo Beraksi. Sejumlah aktivitas P2M di lokasi tersebut meliputi penerapan teknologi hidroponik, dekomposing, dan digitalisasi penasaran produk kreatif unggulan daerah, seperti kerajinan tenun, suvenir dari limbah kain dan plastik. "Program pendampingan telah dilaksanakan sejak Maret 2019 lalu," kata Ketua Tim P2M UNS, Ari Pitoyo, Rabu (27/11/2019).

Selain Ari Pitoyo dari FMIPA, personel lainnya dalam tim adalah A Eko Setyanto dari FISIP UNS dan R Kunto Adi dari FP UNS. "Ada tiga permasalahan yang kami identifikasi untuk pengembangan desa wisata, yaitu meliputi tata kelola ruang dan lingkungan yang lemah, kurang optimalnya unit-unit kegiatan yang telah dilakukan, promosi dan pemasaran Desa Wisata serta produk kreatif dan unit usaha sayur organik kurang memadahi," katanya.

Beberapa hal terkait dengan tata ruang seperti kebutuhan akan kemudahan informasi menuju lokasi kawasan, peremajaan maupun pengecatan ulang spot-spot di area wisata, penanganan problem lingkungan berupa limbah sampah dan ternak perlu diperhatikan. Masalah ini membutuhkan teknologi tepat guna sehingga dapat memberikan nilai tambah secara estetika maupun ekonomi dengan cara dikonversi menjadi pupuk atau produk turunannya.

Mengenai belum optimalnya unit-unit kegiatan, Ari mencontohkan salah satunya tampak pada unit hidroponik. Kondisi suhu yang berlebih di rumah kaca ruang hidroponik memaksa mitra memasang paranet untuk peneduh. Upaya ini kurang efektif mengurangi suhu di dalam rumah kaca sehingga intensitas dan kualitas cahaya belum sesuai yang dibutuhkan tanaman.

"Untuk itu diberi aerasi untuk menurunkan suhu rumah kaca tanpa harus mengorbankan kualitas cahaya. Selain itu, unit-unit hidroponik membutuhkan beberapa instalasi baru untuk mengejar kapasitas produksi," katanya.

Promosi dan pemasaran kawasan desa wisata di Desa Pojok ini digencarkan melalui terobosan-terobosan kreatif seperti pemanfaatan teknologi informasi. "Kami mencoba menghadirkan solusi melalui pembuatan alat decomposer limbah organik, hidroponik dengan ruang berpengatur suhu berteknologi sel surya dan sistem otomatis thermostat untuk mengatur suhu rumah kaca hidroponik yang sesuai kebutuhan tanaman," katanya.

Selain itu, tim membuat digitalisasi produk-produk unggulan daerah dalam bentuk aplikasi dan katalog daring. Melalui dana dari Kemenristekdikti tahun 2019, kegiatan P2M UNS diharapkan mampu mengembangkan Desa Pojok menjadi desa Wisata Edukatif sehingga memberdayakan warga secara ekonomi dan aktivitas positif.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5327 seconds (0.1#10.140)