Warga Andalkan Jembatan Bambu di Jalur Alternatif Banjarnegara-Wonosobo
A
A
A
BANJARNEGARA - Ratusan orang setiap hari harus bertaruh nyawa melewati jembatan bambu yang menghubungkan dua wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo melalui jalur alternatif. Kondisi jembatan telah rapuh dan rawan hanyut jika air Sungai Tulis meluap.
Jembatan sepanjang 20 meter dan lebar 1,5 meter ini menjadi akses warga Desa Larangan, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara dan Desa Jebeng, Kecamatan Plampitan, Wonosobo. Warga di dua desa ini terpaksa menggunakan jembatan bambu ini karena dua jembatan permanen yang dibangun letaknya cukup jauh dan harus memutar sejauh 5-10 kilometer.
"Kami lebih memilih jalur ini karena dirasa lebih deket ketimbang harus memutar. Melewati jalur ini kami harus sangat hati-hati, apalagi saat kondisi banjir, sangat berbahaya," kata salah seorang warga Larangan, Lukman, Rabu (27/11/2019).
Menurutnya, jembatan bambu ini dibangun oleh warga setelah jembatan gantung terputus akibat di terjang banjir 5 tahun lalu. Karena termakan usia, jembatan bambu mulai rapuh dan rawan terjangan banjir luapan Sungai Tulis.
Jembatan sepanjang 20 meter dan lebar 1,5 meter ini menjadi akses warga Desa Larangan, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara dan Desa Jebeng, Kecamatan Plampitan, Wonosobo. Warga di dua desa ini terpaksa menggunakan jembatan bambu ini karena dua jembatan permanen yang dibangun letaknya cukup jauh dan harus memutar sejauh 5-10 kilometer.
"Kami lebih memilih jalur ini karena dirasa lebih deket ketimbang harus memutar. Melewati jalur ini kami harus sangat hati-hati, apalagi saat kondisi banjir, sangat berbahaya," kata salah seorang warga Larangan, Lukman, Rabu (27/11/2019).
Menurutnya, jembatan bambu ini dibangun oleh warga setelah jembatan gantung terputus akibat di terjang banjir 5 tahun lalu. Karena termakan usia, jembatan bambu mulai rapuh dan rawan terjangan banjir luapan Sungai Tulis.
(amm)