Ini 15 Pelestari Wayang yang Dapat Apresiasi dari PDI Perjuangan

Minggu, 17 November 2019 - 15:18 WIB
Ini 15 Pelestari Wayang yang Dapat Apresiasi dari PDI Perjuangan
Sekretaris DPD PDIP Jateng Bambang Kusriyanto didampingi bendahara Agustin Wilujeng saat memberikan penghargaan kepada pelestari wayang. Foto : SINDOnews/ahmad antoni
A A A
SEMARANG - PDI Perjuangan mengapresiasi para pegiat kebudayaan yang memiliki jasa besar dalam melestarikan wayang. Atas jasa mereka, budaya asli Indonesia ini diakui dunia internasional.

“Jerih payah mereka kita hargai dong, tanpa mereka ini, mungkin kepunahan wayang berlangsung lebih cepat,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng Bambang Wuryanto disela Pagelaran Wayang dengan lakon "Bima Bangkit" di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, Sabtu (16/11/2019) malam.

Pria yang akrab disapa Bambang Pacul ini menjelaskan, wayang merupakan orkestra yang luar biasa dengan gamelan dari logam yang sudah tercipta sejak abad 16. Pewayangan merupakan contoh karakter orang yang pada hari ini sudah mulai terkikis. Misalnya karakter seorang Bima, Kresna atau Kumbokarno dan masih banyak karakter lainnya.
"Hari ini kita sudah tidak terlalu banyak kenal karakter. Saat ini kita lebih bicara yang sifatnya praktis, hal-hal yang pragmatis,” jelasnya.

Pagelaran wayang yang menampilkan dalang kondang Ki Manteb Soedharsono tersebut digelar DPD PDI Perjuangan Jateng. Dalam acara itu, sebanyak 7 pegiat wayang dan 8 lembaga pelestari budaya wayang diberi penghargaan. Penghargaan diberikan karena dedikasi mereka dalam melestarikan wayang yang saat ini sudah diakui sebagai budaya dunia oleh UNESCO.

Ketujuh orang yang mendapat penghargaan adalah Nyi Ngatirah (Semarang), Ki Sunarno (Semarang), Ki Suradji Hadi Kusumo (Semarang), Ki Noto Carito (Klaten), Reso Wiguno Dakir (Sukoharjo), Ki Manteb Soedharsono (Karanganyar), dan Heru Sudjarwo (Banyumas). Sedang kedelapan lembaga adalah Ngesti Pandawa (Semarang), Puji Langgeng (Semarang), Sanggar Sarotomo (Karanganyar), Suko Raras (Semarang), Teater Lingkar (Semarang), Sri Wedari (Semarang), Sobokarti (Semarang) dan Pepadi (Jawa Tengah).

Menurutnya, saat ini banyak orang sudah tidak care lagi dengan dunia wayang. Banyak yang tak berminat menonton wayang akibat gempuran budaya asing dan dampak perkembangan teknologi. Sangat sedikit orang yang masih mau nonton pagelaran wayang sampai semalam suntuk.

Dengan pagelaran wayang, pihaknya ingin menciptakan awareness, kesadaran kembali bahwa kita punya warisan budaya yang hebat dan diakui dunia. Bahkan kalau ditelisik lebih ke dalam, wayang bisa menjadi way of life. “Bung Karno pernah mengatakan jangan bangun apapun sebelum karakternya terbangun,” urainya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.4148 seconds (0.1#10.140)