Perguruan Tinggi Islam Swasta Indonesia Hadapi Empat Tantangan

Sabtu, 16 November 2019 - 19:42 WIB
Perguruan Tinggi Islam Swasta Indonesia Hadapi Empat Tantangan
UII menggandeng Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) menyelenggarakan Seminar Kebangsaan dan Moderasi Islam. FOTO/SEMBADA
A A A
SLEMAN - Universitas Islam Indonesia (UII) menggandeng Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) menyelenggarakan Seminar Kebangsaan dan Moderasi Islam di kampus terpadu UII Jalan Kaliurang Km 11,5 Ngaglik, Sleman, Sabtu (16/11/2019).

Kegiatan yang digelar bersamaan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKSPTIS ini menghadirkan pembicara mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla sebagai Ketua Dewan Penasehat BKSPTIS dan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD selaku anggota Dewan Penasehat BKSPTIS.

Rektor UII Fathul Wahid mengatakan, penyelenggaraan seminar kebangsaan dan moderasi Islam di kampus UII dinilai berada pada momen tepat. Pasca berakhirnya pesta demokrasi, segenap elemen bangsa perlu dirangkul dan dipersatukan kembali demi menatap tantangan bangsa di masa depan yang kian kompleks."Kalangan perguruan tinggi Islam dapat berperan penting untuk turut menggaungkan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan," katanya.

Menurutnya, sinergi dan kerja sama di antara PTIS merupakan poin penting dalam rakernas kali ini. Melalui penyelenggaraan rakernas diharapkan pimpinan PTIS dapat saling mengenal, berbagi sudut pandang, merumuskan kerja sama yang memungkinkan untuk dilakukan secara bersama-sama, bersinergi, untuk menggalang semua energi positif, demi memajukan universitas Islam masing-masing.

"Sebagaimana ungkapan bijak yang mengatakan, pergilah sendiri jika ingin cepat, dan pergilah bersama jika ingin jauh," katanya.

Ketua BKSPTIS Prof Syaiful Bakri menambahkan, karena saat ini baik perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (swasta berdasarkan akreditasi unggul, maka untuk menguatkan posisi
masing-masing memiliki tantangan yang sama. Ada empat hal yang menjadi tolak ukur untuk mengutakan mengelola perguruan tinggi. Yaitu kualifikasi kualitas model pembelajaran, menjadi perguruan tinggi (PT) profesional, dan riset serta mendidik mahasiswa menjadi entrepreneur (wirausaha).

"Pertama meningkatkan kualifikasi kualitas model pembelajaran, karena di perguruan tinggi model pembelaran yang paling utama. Yang kedua berkeinginan untuk menjadi PT profesional. Profesional darl segala penilaian sampai pada output alumni yang profesional di masyarakat, bermanfaat dan berguna," katanya.

Kemudian menjadi perguruan tinggi riset sehingga hasil penelitian bisa dijadikan ekolaborasi dalam bisnis oleh koorporasi. Tidak hanya untuk kegemilangan ilmu di menara puncak gading melainkan bisa diaplikasikan dalam dunia bisnis. Terakhir PT bisa mendidikan mahasiswnya menjadi entreprenuer Itulah tantangan dalam pengelolaan PT dan tantangan terdekat adalah internasionaliasi keilmuan.

"Tetapi semua itu tentu akan miskin jika tidak diikuti model gairah apa yang disebut dengan Islam yang mempengaruhi ilmu pengetahuan. Jadi perlahan-lahan kita kembalikan bahwa ada yang ada di dalam Islam sesungguhnya adalah keunggulan yang tidak terbantahkan. Itulah tugas berat kami," katanya.

Jusuf Kalla dalam seminar itu mengumpas tentang pentingnya kolaborasi model pendidikan liberal yang menghasilkan inovasi dan model pendidikan keterampilan yang menghasilkan produk. Untuk itu perguruan tinggi Islam harus berkembang dengan baik dan mempunyai arah inovasi serta menjaga keterampilan mahasiswa untuk mencapai kemajuan dan kemakmuran serta masa depan yang baik.

"Untuk itu jika PTI bersatu memberikan bekal jutaan mahasiswa, maka akan menjadi kekuatan yang kuat dan dahsyat untuk memajukan bangsa dan masa depan yang lebih baik," ungkapnya.

Sedangkan Mahfud MD membahas tentang perpaduan antara keisalaman dan keindonesian. Untuk masalah ini dapat dilihat dalam sistem pendidikan di PTI, seperti di UII yang merupakan perpaduan antarainteletual, keislaman dan kebangsaan.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1055 seconds (0.1#10.140)