LP2M Tekankan Pentingnya Masjid sebagai Pusat Moderasi Islam
Abdul Hakim
SEMARANG - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang menilai pentingnya fungsi Masjid sebagai pusat moderasi Islam.
"Masjid selain menjadi tempat dakwah dan pendidikan juga dapat jadi pusat moderasi Islam," kata Kepala Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, M Rikza Chamami saat membuka Seminar Moderasi Islam di Pondok Pesantren Edimancoro Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Kamis (14/11/2019). "Sangat tidak tepat jika menjadikan Masjid sebagai tempat pertukaran paham radikal dan penebar kebencian," imbuh Rikza.
Hadir sebagai narasumber seminar, Pengasuh Pondok Pesantren Edimancoro, KH Muhammad Hanif dan Direktur ELSA, Tedi Kholiluddin. "Penguatan dan optimalisasi peran masjid, bisa menjadi salah satu upaya untuk menguatkan moderasi beragama," kata Tedi yang juga aktif dalam forum dialog lintas agama.
Langkah awalnya adalah melihat masjid tidak hanya sebagai bangunan fisik, tetapi juga institusi sosial. Selain fungsi ritual, masjid juga punya fungsi sosial dan arsitektural.
Di Masjid Jawa, Bangkok, Thailand, lanjutnya, warga keturunan Jawa, setiap hari minggu belajar Bahasa Indonesia. Ini artinya, masjid juga berperan sebagai tempat edukasi, institusi untuk menyambung ingatan.
Kita bisa melihat bagaimana indahnya bangunan-bangunan masjid. Seringkali ditemukan nuansa lokal dalam bangunan-bangunan masjid. Itu mencirikan bahwa ada kesadaran untuk mendialogkan antara Islam dengan budaya lokal. "Ini sesungguhnya bagian pokok dari moderasi Islam," ujar Tedi.
Senada dengan itu, KH Muhammad Hanif menegaskan bahwa masjid secara fundamental mungkin akan tertuju pada fungsinya secara bahasa yaitu sebagai tempat sujud kepada Tuhan (atau tempat salat). Padahal dalam sejarahnya, fungsi Masjid yang dibangun oleh Nabi SAW tidak hanya sebagai tempat salat, tetapi lebih dari itu. Di sanalah pusat pembangunan peradaban Islam dimulai, dari musyawarah sampai peradilan hukum.
Fungsi inilah, ungkap Gus Hanif, sejatinya yang harus kita kembalikan ruh-nya. Akhir-akhir ini pengembangan masjid masih sebatas perlombaan pembangunan fisik yang megah, bukan atas fungsi operasional yang Nabi saw lakukan. Ini yang menjadi tugas penting pada saat ini. Di sinilah marwah masjid akan kembali sebagai center peradaban Islam.
Ketika ruh fungsi masjid ini dihidupkan, maka akan muncul kembali budaya musyawarah di Masjid, bahkan masjid dapat menjadi tempat diskusi dan tempat mediasi bagi Agama lain, sehingga dapat ittiba dengan fungsi masjid Nabawi di Madinah yang dibangun oleh Nabi SAW di tengah masyarakat Madinah yang multietnis dan multiagama.
(amm)
- Pemerintah Disarankan Kaji Ulang PLTN dan Dorong Energi Terbarukan
- Rikza Chamami Terpilih Jadi Koordinator Kapus PPM PTKIN se-Indonesia
- Perguruan Tinggi Diminta Gerakkan Pemberdayaan Masyarakat
- Indonesia Jadi Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia
- Stigma Islam Akan Rusak Keindonesiaan Harus Diluruskan
- Serangan Umum 1 Maret 1949 Diusulkan Jadi Hari Nasional
- Pelatih Karate Indonesia: Target Rifki Meleset
- Akhir Tahun, Mandiri Kartu Kredit Tawarkan Paket Khusus Aneka Destinasi Wisata
- Kota di India Sediakan Mantel untuk Sapi Saat Musim Dingin
- Menteri KKP Beri Solusi Soal Bantuan Modal Bagi Pembudidaya Ikan
- Turki Kembali Tegaskan Tidak Akan Lepas S-400 Rusia
- Saatnya Timnas Indonesia U-23 Berpesta di SEA Games
- Sambut Pengoperasian Bandara Banjarmasin, AP I Beri Santunan Rp310 Juta
- Jelang Aksi Demo, Polisi Hong Kong Sita Sepucuk Pistol
- Polisi Kejar Pelaku Pengeroyokan Mahasiswa UMP
- Rodgers Effect dan Sensasi Vardy Bikin Leicester Garang