Ini Tantangan Berat DPRD Jateng 2019-2024 di Era Modern

Selasa, 05 November 2019 - 10:00 WIB
Ini Tantangan Berat DPRD Jateng 2019-2024 di Era Modern
Para narasumber dalam Diskusi Prime Topic MNC Trijaya FM bertema Membangun Etos Kerja Legislatif, di Hotel Gets Semarang, Senin (4/11/2019). Foto/SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
SEMARANG - Dalam konsep parlemen era modern saat ini, para legislator dituntut lebih sigap dalam menyerap aspirasi dan permasalahan di tengah masyarakat serta membawanya ke meja sidang guna mencari solusinya.

Sebab itu, tugas-tugas kelembagaan anggota dewan yang belum memenuhi target capaian di periode sebelumnya, harus memacu semangat dan etos kerja bagi Anggota DPRD Jateng periode 2019-2024.

"Supaya persoalan di masyarakat Jateng bisa segera diselesaikan, maka perlu etos kerja anggota dewan untuk bisa segera menyerap aspirasi masyarakat, " kata Ketua DPRD Jateng, Bambang Kusriyanto dalam Diskusi Prime Topic MNC Trijaya FM Semarang bertema Membangun Etos Kerja Legislatif di Hotel Gets Semarang, Senin (4/11/2019).

Karena itu menurutnya, tata tertib bagi anggota dewan sudah dilakukan perubahan dengan tahapan yang tidak keluar dari regulasi. "Kami berharap ada saling pengawasan, sehingga arah etos kerja bisa terlaksana dengan baik," harapnya.

Sementara Ketua Pukat UGM, Oce Madril mengungkapkan, kondisi kerja parlemen atau DPRD saat ini tengah menghadapi tantangan berat. Hal ini sebagai imbas dari apa yang terjadi di DPR RI. "Sehingga cermin rendah DPR turut memberi pengaruh bagi DPRD, meski tidak ada hubungannya, namun sumbernya berasal dari pemberitaan," ungkap Oce.

Dia mengutarakan, imbas dari cermin rendah DPR yang berimbas ke DPRD itu membuat publik memandang lembaga legislatif seolah tak punya peran. "Ini jika dipandang dari soal etos kerja kekuasaan legislasi, dan anggaran," ujarnya.

Dosen FH UGM itu menambahkan, tantangan berat lainnya bagi DPRD, adalah ketika DPRD menjadi mitra pemerintah. "Jadi setengah kakinya adalah wakil rakyat, setengah kakinya adalah birokrat. Ini menjadi tantangan bagaimana mereka mampu menyerap aspirasi publik dan melaksanakan teknis birokratis," tandasnya.

Dosen Politik dan Pemerintahan FISIP Undip, Wijayanto menyatakan bahwa dewasa ini di seluruh belahan dunia, terjadi kemuduran demokrasi. "Hal itu karena persoalan kemunduran demokrasi tidak cuma terjadi di Indonesia," ungkapnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1332 seconds (0.1#10.140)