Tantangan Guru BK Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0

Senin, 04 November 2019 - 11:52 WIB
Tantangan Guru BK Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0
Ahmad Rojih, Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara. FOTO/DOK.PRIBADI
A A A
Ahmad Rojih, S.Pd
Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara

PADA abad ke-21 sekarang ini, setiap peserta didik/konseli dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks, penuh dengan tekanan, paradoks, dan tidak menentu. Dalam konstelasi kehidupan tersebut setiap peserta didik/konseli memerlukan berbagai kompetensi hidup untuk berkembang secara efektif, produktif, dan bermaslahat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pengembangan kompetensi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan di sekolah yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen, tetapi juga layanan khusus yang lebih bersifat psikopedagogik, yakni melalui bimbingan dan konseling.

Berbagai aktivitas bimbingan dan konseling dapat diupayakan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta didik/konseli yang efektif serta memfasilitasi mereka secara sistematik, terprogram, dan kolaboratif agar setiap peserta didik/konseli betul-betul mencapai kompetensi perkembangan atau pola perilaku yang diharapkan. Di samping itu, bimbingan dan konseling membantu peserta didik/konseli dalam memilih, meraih dan mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera lahir batin.

Dalam mewujudkan maksud di atas, satuan pendidikan diupayakan memfasilitasinya melalui bimbingan dan konseling yang memandirikan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor. Ini berarti bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari program pendidikan.

Guru bimbingan dan konseling atau konselor bekerja dalam tim bersama guru mata pelajaran, ketua atau koordinator kelompok guru (normatif, adaptif, keahlian/produktif), kepala sekolah, dunia usaha dan industri, orang tua, dan masyarakat. Tujuannya untuk menciptakaan kondisi belajar kondusif, yang akan membantu semua peserta didik/konseli mencapai perkembangan optimal dan berhasil dalam kehidupan masa depannya.

Saat ini, peserta didik/konseli berhadapan dengan tantangan-tantangan yang unik dan bervariasi, yang berdampak terhadap perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir mereka. Untuk membantu peserta didik/konseli menjadi generasi yang siap menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan dukungan berbagai pihak secara sinergis, termasuk di dalamnya guru bimbingan dan konseling atau konselor.
Setiap peserta didik/konseli harus terpenuhi berbagai kebutuhannya, sejalan dengan perkembangan dan tantangan yang pesat dalam menjalani kehidupannya. Masa bersekolah merupakan waktu yang terbaik bagi peserta didik/konseli untuk mengembangkan jati diri (identitas) sebagai pribadi yang unik dan efektif, pembelajar sepanjang hayat, insan yang produktif, dan manusia yang hidup harmonis dalam keragaman. Pengembangan jati diri tersebut dapat diupayakan dalam program bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan dan konseling pribadi, belajar, karir, dan sosial.

Program bimbingan dan konseling memberikan layanan yang terintegrasi dengan program pengembangan semua aspek hidup peserta didik/konseli di sekolah. Bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi sesuai potensi masing-masing peserta didik/konseli. Oleh karena itu, empat (4) pemenuhan kebutuhan, pribadi, sosial, belajar, dan karir merupakan kunci keberhasilan bagi keberhasilan hidup peserta didik/konseli selanjutnya.

Kebutuhan kehidupan saat ini menghendaki adanya peranan layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif pada satuan pendidikan, mengingat kompleksitas dan keragaman program pendidikannya. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik/konseli, kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling semakin mendesak. Ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor berbeda dengan guru mata pelajaran pada satuan pendidikan. Dengan kata lain, guru bimbingan dan konseling atau konselor juga perlu berperan-serta secara produktif di sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan efektif mengintegrasikan tiga komponen sistem pendidikan yang meliputi komponen manajemen dan kepemimpinan, komponen pembelajaran yang mendidik, serta komponen bimbingan dan konseling yang memandirikan. Ketiga komponen tersebut memiliki wilayah garapan sendiri-sendiri yang saling melengkapi dalam upaya tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Kita ketahui bersama bahwa kita sekarang memasuki era baru, yakni Era Revolusi Industri 4.0. Era di mana terjadi perubahan besar-besaran melalui kemajuan teknologi yang ditandai oleh hadirnya kecerdasan buatan dan era digital yang terjadi di berbagai bidang. Perubahan pada era ini memiliki dampak hampir di seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek sosial, budaya, ekonomi dan tak lupa aspek diri seseorang atau pribadi. Perubahan ini tidak hanya terjadi pada kalangan dewasa, remaja tetapi tak lain juga terjadi pada anak usia Taman Kanak-kanak (TK) maupun Sekolah Dasar (SD).

Era revolusi industri 4.0 juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Banyak perubahan sikap yang dialami siswa yang notabene adalah generasi milenial yang sudah tidak asing lagi dengan dunia digital dan mereka telah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi.

Sikap-sikap yang muncul antara lain kecanduan gadget, cyber bullying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Sudah sepatutnya guru dan guru BK harus berkolaborasi memikirkan upaya yang tepat dalam menghadapi perubahan-perubahan perilaku siswa di era 4.0. Apabila keadaan ini tidak segera ditangani dengan serius, maka akan berdampak pada hancurnya sikap, moral, dan akhlak siswa. Tak jarang kita menemukan masalah tersebut dalam dunia pendidikan.

Pentingnya guru dan guru BK dalam penguatan pendidikan karakter terhadap siswa akan berdampak pada kehidupan nanti sebagai penerus bangsa yang akan bijaksana dalam menggunakan teknologi sebagai bagian dari revolusi industri. Lingkungan sekolah salah satu penentu keberhasilan siswa. seorang guru dan guru BK harus memiliki hubungan yang baik terhadap siswanya. Tugas seorang guru BK adalah melakukan asesmen dan diagnostik.

Asesmen di sini dapat diartikan adalah penilaian. Seorang guru BK memberikan penilaian terhadap siswa yang mulai dirasa memiliki gangguan candu gadget, cyber bullying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Dan seorang guru BK melakukan diagnostik untuk menemukan cara menanganannya melalui analisis-analisis yang telah dilakukan pada proses asesmen.

Seorang guru dan guru BK harus bisa mengenali siswanya secara mendalam dengan melakukan wawancara atau interaksi dengan tanya jawab ringan. Mengamati tingkah laku setiap siswanya dengan memiliki catatan kegiatan siswa. Dengan begitu guru dan guru BK dapat menangani masalah yang timbul. Karena dalam pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 harus mencerminkan sikap keselarasan antara kejujuran, tanggung jawab, mandiri, moral, akhlak dan kecerdasan.

Guru BK tidak hanya dituntut untuk menangani kenakalan remaja di sekolah. Namun jauh lebih dari itu, guru BK harus mampu membantu siswa dalam mencapai karirnya, berperan aktif dalam pengembangan jiwa sosial siswa dan pemberian problem solving kepada siswa yang membutuhkan.

Tuntutan itulah yang membuat guru BK masa kini meng-upgrade self capacity-nya dalam menjalankan role-nya di era revolusi industri 4.0 ini. Seperti yang kita ketahui revolusi membawa dampak yang besar bagi peradaban manusia, dan termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan remaja.

Revolusi 4.0 juga akan berdampak terhadap disrupsi teknologi, hukum, ekonomi, pendidikan, pertanian serta kehidupan sosial lainnya, termasuk sektor pendidikan. Penanggulangani disrupsi di bidang pendidikan dari berbagai jenjang serta tingkat memerlukan kreativitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, termasuk di dalamnya Guru BK/Konselor Sekolah dalam menyiapkan peserta didik/konseli yang berkembang secara optimal di era milinium 4.0.

Sebagian besar siswa di sekolah dewasa ini, telah memanfaatkan teknologi informasi melalui internet dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati lebih lanjut, sebagian siswa pengguna internet tersebut mengalami kesulitan melakukan aktivitas yang mendukung perkembangannya. Sebagian siswa mudah terpengaruh yang selanjutnya memunculkan tindakan pelanggar aturan, etika dan moral.

Berdasarkan uraian tersebut menarik dibahas lebih lanjut melalui tulisan ini bagaimana inovasi dan kreativitas Guru Bk/Konselor Sekolah dalam menghadapi dampak revolusi industri 4.0. Pengungkapan permasalahan tersebut bermanfaat untuk merumuskan pola baru dalam pengembangan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik di era milinium 4.0.

Menurut pendapat Mardiana (2011: 7), generasi digital natives mengganggap perangkat komunikasi teknologi komputer sebagai bagian integral dari kehidupannya. Seorang individu yang lahir pada abad digital, tumbuh dan memperoleh pendidikan pada tingkat sekolah dasar dengan menggunakan perangkat komputer, seperti: kuiz interaktif online, video games, handphone, internet, e-mail. Oleh karena itu pembahasan ini difokuskan pada generasi Z.

Menurut Susana (2012: 57), generasi Z disebut juga Generation Net dengan ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki akses yang cepat terhadap informasi dari berbagai sumber, (b) dapat mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan (multitasking), (c) lebih menyukai hal-hal yang bernuansa atau bernapaskan multimedia, (d) lebih menyukai berinteraksi melalui dunia maya, jejaring sosial (Facebook, Twitter, Yahoo Messenger, hingga BBM), dan (e) dalam belajar, lebih menyukai hal-hal yang bersifat aplikatif dan menyenangkan.

Djiwandono (dalam Susana, 2012: 69) menyatakan bahwa generasi Z mempunyai kecenderungan gaya belajar aktif, global, sensing, dan visual. Pembelajar aktif mudah belajar dengan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari. Global berarti individu cenderung belajar dengan cara melompat-lompat, menyerap materi secara random tanpa melihat keterkaitan antara yang satu dengan yang lain, dan tiba-tiba bisa mendapatkan sesuatu.

Pembelajar global juga cenderung mampu mengatasi masalah yang kompleks secara cepat atau merangkai segala sesuatu dengan cara baru ketika mereka dapat meraba gambaran besarnya, tetapi mungkin sulit menjelaskan bagaimana prosesnya. Gaya belajar generasi digital yang kehidupannya sarat dengan interaksi lewat berbagai media virtual seperti ponsel dan internet. Gaya hidup generasi X dan Y berhadapan dengan isu workaholic, gaya hidup anak-anak generasi Z nantinya akan diwarnai sikap speedaholic (segala-galanya diukur dengan kecepatan, siapa cepat dia dapat) dan winaholic (berlomba-lomba mengalahkan lawan) dan persaingan memburu karier (Susana, 2012: 58). Perilaku belajar generasi Z adalah sikap minimalis, pragmatis, dan ketergantungan pada google atau yahoo setiap kali menghadapi tugas dan masalah (Kemenristikdikti, 2018).

Karakteristik Guru BK di Era Revolusi Industri 4.0 adalah digital immigrant, karena kemampuan menggunakan ICT dampak dari studi lanjut atau bekerja (Mardiana, 2011: 7). Perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana terjadi pada era Revolusi Industri 4.0 pada abad 21 tentu berimplikasi terhadap karakteristik guru termasuk guru BK (Kemenristekdikti, 2018). Jika masyarakat pada era Revolusi Industri 4.0 ini berubah ke masyarakat digital, maka guru BK juga perlu segera mentransformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultural.

Menurut Kemenristekdikti (2018), karakteristik guru BK yang mampu mentransformasikan diri di era Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut: (a) meningkatkan minat baca dan menambah koleksi buku; (b) mampu menjadi fasilitator, motivator dan inspirator; (c) mengunggah karya-karya tulisnya yang berkontribusi bagi upaya peningkatan kualitas layanan bimbingan dan konseling; (d) menerapkan pola hybrid learning (kombinasi tatap muka dan online) dan multitasking secara kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling; dan (e) menerapkan pendekatan konstruktivistik berbasis ICT.

Menurut pendapat Alaydrus (2017) karakteristik guru BK di era Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut:

a. Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru BK perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru BK wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka.
b. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru BK yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
c. Mengoptimalkan teknologi. Dengan cara blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media.
d. Reflektif. Guru BK yang reflektif adalah guru BK yang mampu menggunakan penilaian proses dan hasil layanan untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling.
e. Kolaboratif. Guru BK dapat berkolaborasi dengan siswa dalam layanan bimbingan dan konseling. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga layanan bimbingan dan konseling berlangsung lebih menyenangkan. Selain itu guru BK juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak.
f. Menerapkan student centered. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
g. Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini, guru BK mendesain layanan bimbingan dan konseling berdasarkan gaya belajar siswa, pengelompokkan siswa berdasarkan minat, kemampuan dan permasalahannya. Dalam melakukan penilaian guru BK menerapkan assessment alternative.

Guru BK di era ini mesti harus selalu update terhadap perkembangan teknologi, informasi dan selalu mengembangkan sikap terbuka dalam menerima masukan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan dalam mendidik dan membimbing peserta didik untuk masa depanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5065 seconds (0.1#10.140)