Berguru ke Bantul, Malang Sukses Kembangkan Bank Sampah

Minggu, 03 November 2019 - 16:00 WIB
Berguru ke Bantul, Malang Sukses Kembangkan Bank Sampah
Suasana Bank Sampah Malang. Bank sampah ini memiliki omset hingga Rp300 juta per bulan. FOTO : SINDOnews/Ainun Najib
A A A
YOGYAKARTA - Kota Malang sukses mengelola sampah dengan metode Bank Sampah-nya. Padahal metode ini justru diadopsi dari Bank Sampah di Bantul, DIY. Lalu bagaimana Malang bisa sukses mengelola sampah melebihi “guru”nya ini.

Selama dua hari Kamis (31/10/2019) hingga Jumat (1/11/2019) rombongan wartawan Unit DPRD DIY beresama Humas dan Protokol DPRD DIY melakukan kunjungan ke Malang untuk belajar pengelolaan sampah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Drs Wasto SH MH mengatakan potensi sampah di Kota Malang cukup besar yakni sekitar 500 sampai 600 ton per bulan. Jumlah ini hampir sama dengan potensi sampah di DIY. Dengan potensi sebesar itu, sejumlah TPA di Malang justru tidak beroperasi. “Dari empat TPA tinggal satu TPA yang beroperasi. Ini mengkawatirkan,” terangnya.

Ide Bank Sampah ini muncul pada 2010 mencontoh Bank Sampah Gemah Ripah di Bantul, DIY. Saat itu bersamaan dengan rakornas bank sampah pertama yang digelar di DIY. “Dari kegundahan akibat ditutupnya sejumlah TPA itu, kita ingin mencontoh bank sampah seperti di Bantul. Usai dari sana, saya langung perintahkan staf untuk membuat bank sampah,” terangnya.

Di malang, bank sampah dimodifikasi sesuai kebutuhan. Jika di Bantul bank sampah lingkupnya terbatas, di Malang bank sampah langsug dibuat di tingkat kota. “Bedanya dengan Bantul bank sampah di Malang tersentralisasi. Ada bank sampah induk, lebih besar,” terangnya.

Awalnya Wasto mengaku sempat bingung untuk membuat bank sampah tersentralisasi dan besar karena harus ada perda. Satu-satunya cara adalah membentuk koperasi sebab kalau bank sampah berbentuk BUMD maka harus perlu perda. Pada 2011 bank sampah di Malang akhirnya terbentuk. “Omset Bank Sampah Malang kini mencapai Rp 300 juta sebulan dengan 30.000 nasabah,” terang pria asli Gunungkidul ini.

Ada sejumlah kiat, sehingga bank sampah di Malang bisa eksis. Selain membentuk bank sampah induk juga dibentuk unit-unit bank sampah. Saat ini ada 652 unit bank sampah denga unit terkecil berda ditingkat RT (rukun tetangga). “kami membentuk bank sampah induk dulu baru kemudian membentuk unit-unit bank sampah di bawahnya,” terang Direktur Bank Sampah Malang, Rachmat.

Selain itu, satu-satunya cara mengatasi masalah sampah adalah mengubah perilaku masyarakat. Pemkot Malang terus melakukan sosialisasi bank sampah, road show ke RT dan RW. “Salah satu kuncinya kami berhasil menggugah partisipasi masyarakat. Masyarakat tak lagi malu menabung sampah di bank sampah,” tambahnya.

Upaya ini dirasa cukup berhasil. Dengan sampah bahkan ada masjid di Malang yang didirikan dari hasil menabung sampah. Ada pula dokter, yang menerapkan asuransi kesehatan dari sampah. yakni dengan menyeor sampah senilai Rp 5 ribu atau Rp10 ribu.

Berguru ke Bantul, Malang Sukses Kembangkan Bank Sampah

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Drs Wasto SH MH (kanan) memberikan cinderamata ke Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD DIY, Budi Nugroho (tengah) disaksikan Koordinator Wartawan Unit DPRD DIY, Santoso Suparman.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat DPRD DIY, Budi Nugroho, mengatakan hasil kunjungan ini nantinya didiskusikan untuk menjadi masukan bagi Pemda DIY maupun DPRD DIY untuk pengambilan kebijakan.

Setelah kunjungan ke Malang, ditindaklanjuti dengan kegiatan Forum Diskusi Wartawan DPRD DIY. Sekretariat dewan akan mengundang komisi dan instansi yang terkait, hasil pembahasan untuk dijadikan masukan ke Pemda DIY terkait dengan pengelolaan dan kebijakan penanganan sampah. “Ada hasil yang dipetik dari Malang. Kamim akan mengundang komisi-komisi dan instansi terkait,” kata Budi.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9564 seconds (0.1#10.140)