Keberadaan Politik Dinasti Dinilai Merusak Kualitas Demokrasi

Minggu, 03 November 2019 - 13:00 WIB
Keberadaan Politik Dinasti Dinilai Merusak Kualitas Demokrasi
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, dinasti politik turut berkontribusi merusak kualitas demokrasi. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dinasti politik dikhawatirkan turut berkontribusi merusak kualitas demokrasi. Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, dinasti politik seringkali merusak rasionalitas pemilih.

Hal ini dikatakan Ubedilah soal fenomena Gibran Rakabuming Raka, Boby Nasution dan Siti Nur Azizah jika dicermati secara politik dapat dinilai sebagai fenomena dinasti politik generasi keempat di Indonesia.

Adapun Gibran yang merupakan Putra Sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin maju di Pilwalkot Solo. Sedangkan menantu Jokowi, Boby Nasution berniat maju sebagai wali kota Medan. Sementara Anak Wakil Presiden Maruf Amin, Siti Nur Azizah ingin maju di Pilwalkot Tangerang Selatan.

Menurutnya, cara berpikir pemilih lebih mempertimbangkan faktor pengaruh keluarga besar, sehingga seringkali mengabaikan sisi kualitas sekaligus menutup peluang kompetitor rakyat biasa memenangi kontestasi Pilkada.

"Lebih dari itu kesan memanfaatkan kekuasaan sang Ayah yang masih berkuasa akan lebih dominan terlihat. Atau dalam bahasa lain disebut politik Aji Mumpung," ujar Ubedilah Badrun, Minggu (3/11/2019).

Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (CESPELS) ini menjelaskan, tentu politik Aji Mumpung ini bisa jadi bukan kehendak Gibran, Boby atau Siti, tapi bisa jadi didorong oleh keinginan pemilik modal atau para pemburu rente yang berjejaring dengan mereka yang mengklaim diri para konsultan politik lokal.

"Terkait kemungkinan elektabilitasnya? Mungkin Gibran memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan kontestasi jika didukung PDIP dibanding Boby dan Siti," tuturnya.

Sebab ujar dia, faktornya Gibran putra Jokowi yang sudah cukup lama membangun popularitas, sementara Boby posisinya menantu dan belum cukup lama bangun popularitas atau belum cukup modal sosialnya.

Sementara Siti di Tangsel, kata dia, belum cukup punya modal sosial juga jika mengandalkan ketokohan Maruf Amin. "Sebab Maruf Amin basis masanya bukan di Tangerang Selatan tapi lebih kuat di Jawa Timur. Jadi PR terberat Boby dan Siti NA adalah kurangnya modal sosial, karenanya tidak mudah untuk menang," pungkasnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.2221 seconds (0.1#10.140)