Seiring Kenaikan Permukaan Laut, Puluhan Kota Terancam Tenggelam

Kamis, 31 Oktober 2019 - 10:50 WIB
Seiring Kenaikan Permukaan Laut, Puluhan Kota Terancam Tenggelam
Seiring Kenaikan Permukaan Laut, Puluhan Kota Terancam Tenggelam
A A A
LONDON - Diperkirakan sekitar 300 juta orang di seluruh dunia terancam kehilangan rumah mereka karena puluhan kota akan tenggelam seiring dengan kenaikan permukaan air laut dalam tiga dekade mendatang. Jakarta merupakan salah satu kota yang terancam tenggelam serta banyak kota lainnya seperti London hingga New York.

Sebuah penelitian yang dilaksanakan Climate Central yang dipublikasikan di jurnal Nature Communication menyatakan krisis iklim semakin intensif. Kenaikan air laut diperkirakan mencapai 0,6 meter hingga 2,1 meter sepanjang abad 21. Prediksi itu berdasar data dan analisis kecerdasan buatan yang menggadakan wilayah dan populasi yang terancam.

Hingga 2050, daratan yang menjadi tempat tinggal 300 juta akan berada di bawah permukaan air laut dan menghadapi banjir tahunan. Pada 2100, tanah yang dihuni 200 juta orang akan berada di bawah permukaan air laut secara permanen.

“Kita kini memahami bahwa ancaman dari kenaikan permukaan air laut dan banjir laut lebih parah dibandingkan yang kita pikirkan,” ujar pemimpin eksekutif Climate Central, Benjamin Strauss, dilansir Reuters. Kesimpulan itu merupakan penelitian yang dilaksanakan selama tiga tahun.

“Kita tidak mengetahui apakah pertahanan pantai saat ini akan bertahan dari kenaikan permukaan air laut,” kata Strauss. Dia mengungkapkan, setiap hari peringatan badai bisa mengancam kehidupan masyarakat dan rumah milik warga. “Setiap dekade selalu siap menghadapi kenaikan air laut,” jelasnya.

Ancaman nyata tersebut memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk menyiapkan berbagai langkah pencegahan untuk menangkal kenaikan permukaan air laut. Selain itu, pemerintah juga harus menyiapkan risiko terburuk jika terjadi bencana tersebut. Panel antarpemerintah yang didukung PBB untuk Perubahan Iklim juga sudah merilis ancaman kenaikan permukaan air laut setinggi 1 meter pada 2100 mendatang.

Ancaman itu akan terus bertambah jika pemanasan global tak bisa ditangani dengan baik. Penelitian Climate Center juga mengungkapkan, 237 orang di China, Bangladesh, India, Vietnam, Indonesia, dan Thailand juga menghadapi banjir laut tahunan. Kota di China yang terancam adalah Shanghai, Tianjin, dan Hong Kong. Hanoi di Vietnam dan Dhaka di Bangladesh, serta Kalkulta di India juga terancam tenggelam.

Pada 2100, jika kenaikan emisi terus berlanjut, sekitar 300 juta orang yang berada di enam negara tersebut akan kehilangan rumah dan bangunan karena wilayahnya berada di bawah permukaan air laut. Penelitian itu menunjukkan risiko lima kali lebih besar dibandingkan kajian sebelumnya. Bukan hanya Asia, Climate Central menyebutkan 19 negara lain juga terdampak, termasuk Brasil dan Inggris.

Dalam peta interaktif yang dihasilkan Climate Central menunjukkan bagaimana perkampungan di Belanda, London, New York, Miami, Tokyo dan kawasan industri lainnya juga terancam tenggelam. “Sebagai solusi adalah perlunya pembangunan tembok penahan air laut yang menjadi pertahanan masa depan,”demikian saran lembaga nirlaba tersebut.

Para peneliti tersebut menyarankan pemerintah untuk melaksanakan survei untuk mengkaji kemungkinan wilayah mereka terkena kenaikan permukaan air laut. Selain itu, mereka juga harus bergerak cepat untuk mengatasi emisi karbon yang telah mencapai titik tertinggi pada tahun lalu.

“Kita tidak tahu bagaimana pertahanan pantai hari ini apakah cukup menghadapi kenaikan permukaan air laut,” ujar Strauss. “Setiap hari, pemanasan global yang kita hadapi semakin berat. Badai juga telah memakan banyak korban. Kita juga harus menyiapkan diri menghadapi kenaikan permukaan air laut,” jelasnya. Jika tidak segera diatasi, menurut Strauss, itu akan menjadi bencana kemanusiaan dan ekonomi.

Penyebab utama kenaikan permukaan air laut adalah mencairnya glasier dan lapisan es dengan cepat dari Himalaya hingga Antartika. Pencarian es di Greenland juga sangat cepat. 275 gigaton es mencari setiap tahun antara 2006 hingga 2015. Es di Antartika juga demikian di mana pencairan esnya meningkat tiga kali lipat pada 2007-2016 dibandingkan 10 tahun sebelumnya.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7236 seconds (0.1#10.140)