50% Generasi Muda Pilih Tahan Ngilu daripada Periksa Gigi

Jum'at, 25 Januari 2019 - 19:21 WIB
50% Generasi Muda Pilih Tahan Ngilu daripada Periksa Gigi
Assisten III Bidang Administrasi Pemprov Jateng, Budi Wibowo menabuh gong menandai dibukanya Rakermas XII PDGI dan Seminar Ilmiah Nasional Kedokteran Gigi yang diselenggarakan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dengan Sensodyne Rapid Relief, di Patra
A A A
SEMARANG - Pakar periodensia, Dr drg Yuniarti Soeroso Sp Perio (K) mengungkapkan bahwa gigi sensitif dapat mengganggu keseharian hidup pasien, terutama generasi muda. Ironisnya, lebih dari 50% belum memeriksakan gigi ke dokter gigi dan memilih menahan rasa ngilunya.

"Penderita gigi sensitif mayoritas adalah generasi muda karena arena mereka banyak aktivitas dengan mobilitas tinggi, sehingga tak sempat merawat kesehatan giginya," kata Yuniarti Rakermas XII PDGI dan Seminar Ilmiah Nasional Kedokteran Gigi yang diselenggarakan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dengan Sensodyne Rapid Reliefdi Patra Semarang Hotel & Convention, Semarang, Jumat (25/1/2019).

Dia menjelaskan, gigi sensitif adalah gangguan klinis yang umum terjadi berupa ngilu, nyeri yang tajam pada dentin gigi dalam kondisi terbuka. "Gangguan ini terjadi saat terkena rangsangan suhu panas dan dingin, atau kandungan kimiawi asam dan manis pada makanan serta minuman," ungkapnya.

Menurutnya, gigi sensitif disebabkan karena dentin terbuka yang dipicu atrisi atau hilangnya struktur gigi akibat gesekan dengan gigi yang berlawanan. "Gigi erosi berarti terjadi kerusakan kimia pada lapisan pelindung enamel karena asam dalam makanan dan minuman, dan abrasi yaitu keausan mekanis gigi," ujarnya.

Sementara, Assisten III Bidang Administrasi Pemprov Jateng, Budi Wibowo mengatakan, kesehatan gigi dan mulut selama ini dipahami oleh masyarakat hanya sebatas menyikat gigi.

"Oleh karena itu perlu adanya edukasi kepada masyarakat terkait kesehatan gigi dan mulut," kata Budi Wibowo saat membacakan amanat Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Dia memaparkan, sebuah studi telah menemukan bahwa gangguan kesehatan gigi dan mulut bisa berpotensi ke penyakit lainnya. Sehingga dirasa perlu untuk membicarakan kesehatan gigi dan mulut ke masyarakat.

"Sepertinya sepele, namun manfaatnya cukup besar. Karena itu, kegiatan ini bisa menjadi evaluasi akan pemeriksaan dan kesehatan gigi dan mulut. Karena kesehatan gigi dan mulut adalah cerminan kesehatan kita," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6016 seconds (0.1#10.140)