Cara Jitu Menjadikan Siswa Rajin Salat Lima Waktu

Selasa, 29 Oktober 2019 - 15:32 WIB
Cara Jitu Menjadikan Siswa Rajin Salat Lima Waktu
Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara, Priyatin Sutarwanto. FOTO/DOK.PRIBADI
A A A
Priyatin Sutarwanto, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara

SALAT lima waktu merupakan kewajiban setiap muslim yang telah memenuhi syarat, antara lain, dewasa dan berakal sehat. Salat merupakan kewajiban yang selalu melekat pada diri seorang muslim. Apapun dan bagaimana pun situasi serta kondisinya harus tetap dijalankan. Bahkan dalam perjalanan, baik darat, laut, maupun udara atau dalam kondisi sakit sekali pun tidak boleh ditinggalkan. Itulah kewajiban salat lima waktu atau salat wajib yang harus selalu dilaksanakan dengan tanpa adanya alasan.

Namun kenyataan di lapangan ternyata berbeda. Masih banyak anak muda atau generasi milenial yang meninggalkan kewajiban-kewajiban agamanya, termasuk salat wajib lima waktu. Padahal mereka semua mengaku beragama Islam. Secara kasat mata juga sudah dewasa dan baligh dengan usia rata-rata 15-18 tahun. Secara fisik mereka adalah anak-anak yang sehat, baik jasmani maupun rohani.

Usia remaja adalah waktu di mana seseorang sedang mencari jati dirinya. Terkadang cukup sulit dikendalikan orang tua, bahkan gurunya. Banyak sekali guru yang mengeluhkan kondisi siswa yang sulit diajak menjalankan salat lima waktu. Hal ini merupakan keprihatinan kita bersama selaku pendidik di sekolah umum. Tantangan yang ada mengharuskan kita lebih kreatif mencari cara mengatasi permasalahan di atas.

Sesuai dengan Kurikulum 2013, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut merupakan hal yang sangat penting, yaitu masuk dalam KI (Kompetensi Inti) 1. Seharusnya hal ini lebih diutamakan dibandingkan dengan KI yang lainya. Apalagi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, semua pembelajaran yang dilaksanakan juga menuju ke arah tersebut, yaitu KI 1 tanpa mengesampingkan KI yang lainya.

Namun kenyataan di lapangan banyak siswa yang secara pemahaman teori agama (KI 2) cukup baik, tapi dalam hal menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya (KI 1) masih kurang dan perlu dilakukan peningkatan. Oleh sebab itu perlu adanya cara untuk memecahkan masalah tersebut.

Inovasi dari penulis selaku guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain dengan melakukan "Demo Kuman". Demo kuman yang dimaksud adalah Dengan Doa, Motivasi, dan Hukuman untuk meningkatkan aktivitas salat lima waktu siswa. Penulis percaya dengan inovasi ini dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam menjalankan salat wajib lima waktu.

Jika salat wajib lima waktu telah dilaksanakan dengan baik, maka akan berimbas kepada hal-hal lain dalam pembelajaran. Jika anak sudah memiliki ketaatan beribadah yang baik, maka anak akan menjadi pribadi yang baik dan berakhlakul karimah.

Hal ini sangat dibutuhkan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sudah banyak terbukti bahwa perusahaan dalam merekrut karyawannya akan melihat dan menilai dari akhlak, sikap, dan karakternya terlebih dahulu. Mereka mengutamakan kejujuran, kedisiplinan, kepatuhan pada aturan mendahului ilmu dan keterampilan. Menurut perusahaan, keterampilan bisa diasah dalam waktu yang singkat dengan training, tetapi pembentukan karakter membutuhkan waktu lama dan kontinyu, tidak bisa dengan cara yang instan.

Oleh karena itu, salat wajib lima waktu merupakan hal yang sangat penting dalam rangka menyiapkan peserta didik menjadi anak yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki karakter yang baik. Demo Kuman merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas anak dalam menjalankan salat wajib lima waktu.

1. Doa
Yang pertama adalah doa. Sebagai seorang guru hendaknya rajin untuk mendoakan siswanya kapan pun dan di mana pun. Dengan doa kita meminta kepada Allah SWT agar memberikan hidayah kepada peserta didik kita. Doa yang dilakukan penulis adalah dengan cara membawa nama-nama siswanya ke rumah dan didoakan masing-masing siswa, setiap siswa dibaca namanya dan dibacakan surat Alfatihah. Cara ini merupakan cara langit untuk mengetuk hati seorang siswa langsung meminta kepada Yang Maha Kuasa.

Selain dengan cara didoakan dari rumah, juga pada saat pelajaran, guru selalu mengawali dan mengakhiri dengan doa. Menyentuh hati peserta didiknya supaya tersadar tentang siapa dirinya, serta sadar akan kewajiban yang harus dilaksanakan selaku orang Islam. Mengajak bersama-sama untuk mendoakan orang tua, guru serta semua orang yang telah berjasa dalam kehidupannya. Dengan banyak berdoa ternyata anak memiliki emosional yang berbeda, mereka lebih tenang dan terlihat lebih mengetahui tentang dirinya sendiri. Siswa terlihat tidak terlalu temperamen dan keras, tetapi keteduhan mulai terlihat.

2. Motivasi
Motivasi merupakan hal yang sangat penting, terkadang siswa belum melaksanakan kegiatan karena kurangnya motivasi. Ada beberapa hal yang mempengaruhi motivasi anak. Menurut Raimon, dkk (dalam M Khairul Anam, 2004:19) minimal ada empat hal utama yang mempengaruhi motivasi yaitu: budaya, keluarga, sekolah dan anak itu sendiri.

Motivasi minimal memiliki tiga fungsi seperti yang disampaikan Sardiman A.M (2001:85):
a. Motivasi berfungsi untuk mendorong manusia untuk berbuat sesuatu
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu pada tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu motivasi akan menyeleksi terhadap perbuatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

Dengan mengetahui fungsi dari motivasi, minimal siswa akan melakukan hal yang bermanfaat untuk dirinya dan menjauhi hal yang tidak bermanfaat. Menurut Oemar Hamalik (2002:181), ada 17 prinsip motivasi yang akan sangat berguna bagi perkembangan siswa. Ke-17 prinsip motivasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman.
b. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar.
d. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan.
e. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain.
f. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi.
g. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar dari pada mengerjakan tugas yang dipaksakan oleh guru.
h. Pujian yang datang dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
i. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa.
j. Minat khusus siswa yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainya.
k. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai.
l. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
m. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreatifitas siswa.
n. Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar.
o. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.
p. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi.
q. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.

Bagi siswa di sekolah, ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam diri. Menurut Sardiman AM (2001:91) antara lain sebagai berikut:

a. Memberi angka
Maksud dari memberi angka adalah memberikan nilai kepada siswa. Siswa akan melaksanakan sesuatu dengan giat karena termotivasi akan mendapatkan nilai. Mereka akan berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik, akhirnya mereka berusaha dengan semaksimal mugkin.

b. Hadiah
Hadiah atau reward dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memotivasi siswa. Dengan diiming-imingi hadiah siswa akan berusaha untuk mendapatkan hadiah tersebut dan berusaha dengan maksimal terhadap tugas yang diberikan.

c. Saingan/kompetisi
Saingan atau menciptakan iklim kompetisi yang positif juga merupakan salah satu cara untuk membangkitkan motivasi siswa. Siswa akan merasa tertinggal jika dia kalah dengan temannya namun dia akan merasa bangga jika bisa lebih unggul dari temannya.

d. Ego-Involvement
Ego Involvement adalah anak menemukan sendiri dengan pengetahuannya. Anak diharapkan dapat menemukan apa yang ia cari, apa yang ia butuhkan dan apa yang ia cita-citakan. Jika anak sudah menyadari hal tersebut dia akan berkembang dengan kemauan sendiri dari adalam tanpa paksaan dari luar.

e. Memberi ulangan
Dengan memberi ulangan anak akan termotifasi karena mereka akan mengetahui kemampuan dirinya sendiri. Kemampuanya diukur oleh guru dengan alat ukur yang sudah disesuaikan.

f. Mengetahui hasil
Yang dimaksud mengetahui hasil adalah anak diberi tahu tentang hasil yang didapatkanya. Harapanya mereka mengetahui sendiri hasilnya sehingga muncul motivasi yang tinggi untuk mengetahui hasilnya sendiri.

g. Pujian
Pujian merupakan salah satu cara yang efektif untuk membangkitkan motivasi anak. Anak lebih suka dipuji dari pada dicaci maki atau dimarahi. Harapannya dengan dipuji anak akan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap dirinya dan akan berbuat semaksimal mungkin untuk mencapai tujuannya.

h. Hasrat untuk belajar
Jika seorang guru dapat membangkitkan hasrat siswa untuk belajar, maka itu juga merupakan salah satu cara untuk memotivasi. Jika anak hasrat belajarnya tinggi, maka dia akan selalu merasa kurang terhadap ilmu pengetahuan.

i. Minat
Minat atau kemauan anak jika diarahkan dalam hal yang positif akan sangat membantu menumbuhkan motifasinya. Jika minat anak sudah tinggi terhadap suatu hal, maka dia akan berusaha dengan maksimal tanpa paksaan dari pihak lain.

j. Tujuan yang diakui
Yang dimaksud tujuan yang diakui adalah tujuan siswa yang baik dan sesuai dengan harapannya sendiri serta diakui oleh pihak lain, contohnya guru. Jika siswa memiliki tujuan yang baik dan mendapat pengakuan dari pihak lain, maka dia akan berusaha secara maksimal untuk mencapai tujuannya.

Setelah siswa diberi motivasi yang kuat tentang pentingnya menjalankan salat lima waktu dan ancaman tentang siksaan bagi orang yang tidak menjalankan salat lima waktu, siswa merasa tergugah untuk menjalankannya dan takut jika meninggalkannya.

3. Hukuman
Hukuman yang dimaksud di sini adalah sanksi yang bersifat mendidik, bukan yang menyakiti terhadap siswa. Hukuman yang penulis lakukan dengan cara meminta guru dan siswa lain, di depan kelas.

Ternyata dengan tiga hal di atas yaitu Doa, Motivasi, dan Hukuman dapat membuat siswa menjalankan salat lima waktu dengan tertib. Siswa tidak lagi bolong-bolong dalam menjalankan salat. Hal ini sangat penting bagi guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada setiap sekolah.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.9851 seconds (0.1#10.140)