Penasihat Panglima TNI Ajak Lembaga Pendidikan Membangun Nasionalisme

Minggu, 27 Oktober 2019 - 18:55 WIB
Penasihat Panglima TNI  Ajak Lembaga Pendidikan Membangun Nasionalisme
Penasihat Panglima TNI, KH Musthofa Aqil Siraj saat memberikan kuliah umum Membangkitkan Jiwa Patriotik Pemuda Indonesia di Kampus Polimarin, Semarang, Minggu (27/10/2019). FOTO/SINDOnews/AHMAD ANTONI
A A A
SEMARANG - Penasihat Panglima TNI, KH Musthofa Aqil Siraj menyatakan, penanganan terhadap radikalisme sekarang ini harus dilakukan secara bersama-sama. Mengingat, radikalisme tak hanya mencakup satu persoalan saja.

"Radikalisme ini tidak hanya satu persoalannya. Ada karena kedangkalan pemahaman agama, ada karena ekonomi tersumbat, ada karena tidak naik pangkat, sehingga terakumulasi dengan berbagai macam persoalan. Maka harus ditangani bersama-sama," kata Musthofa kepada awak media seusai mengisi Kuliah Umum Membangkitkan Jiwa Patriotik Pemuda Indonesia di Kampus Polimarin, Semarang, Minggu (27/10/2019).

Menurutnya, di lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini yang paling penting adalah membangun nasionalisme. Sebab itu, keberadaannya di lingkungan TNI dinilai tepat untuk menciptakan, mendidik dan meyakinkan nasionalisme dalam seluruh pendidikan.

"Yang ditekankan pada mahasiswa saat ini adalah peran aktif dalam nasionalisme. Sekarang itu dalam pendidikan apa saja yang belum masuk adalah nasionalime, kalau secara ilmiah bagaimana laut pengembangannya itu sudah ada jalurnya, tapi nasionalisme sementara juga ada di lembaga pendidikan disana, tapi tidak ada nasionalisme," katanya.

Dia mencontohkan, masih adanya lembaga pendidikan yang tidak pernah melakukan hormat bendera, tidak mau menyanyikan syukur. "Hal itu adalah benih-benih unnasionalis," kata adik Ketum PBNU Said Aqil Siroj ini.

Musthofa menambahkan, persoalan radikalisme sudah diskusikannya dengan Panglima TNI (Marsekal) Hadi Tjahjanto) selama dua bulan ini. Jadi sekarang yang ditekankan di semua lembaga pendidikan adalah nasionalisme.

Sisi lain, dia mengungkapkan munculnya radikalisme juga tak lepas bagi mereka yang tersumbat ekonominya. "Untuk radikalis sudah tersedia dana, bagaimana orang tidak semua dikasih uang. Yang tidak semangat siapa kalau ada dana? Kemudian, didoktrin ini Pancasila anu..anu..anu, tidak punya sejarah maka saya sampaikan kiai itu berjuang untuk negara untuk apa? kan begitu, agar dicerna,” katanya.

Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada presiden Jokowi yang telah berupaya agar radikalis tidak berbenturan dengan kiai. Sebab, selama ini hanya ormas kiai yang pasang badan menyatakan NKRI harga mati, Pancasila.

"Yang lain mana? Ormas mana yang siap? Jangan disangka kiai sekarang sudah tiarap. Sekarang ini lagi diadu domba. Misalnya, bagaimana kiai sudah berjuangang tapi tidak dapat apa-apa di kabinet,” katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9280 seconds (0.1#10.140)