Peta Teater Jateng Kini Tak Lagi Didominasi Solo dan Semarang

Minggu, 27 Oktober 2019 - 10:45 WIB
Peta Teater Jateng Kini Tak Lagi Didominasi Solo dan Semarang
Para pemenang Festival Teater Jateng 2019 berfoto bersama pada malam penganugerahan penghargaan di Semarang, Sabtu (26/10/2019) malam. FOTO/TWITTER/@JATENGPEDIA
A A A
SEMARANG - Penyikapan realitas dengan indah atau estetis sudah tidak lagi didominasi masyarakat perkotaan atau wilayah yang kental nuansa kesenian. Dia telah merebak ke pelosok-pelosok daerah di Jawa Tengah melalui pemikiran pemudanya yang berani mengolah dan menampilkannya di atas panggung teater.

Ungkapan tersebut disampaikan oleh Luhur Kayungga, Dewan Juri Festival Teater Jateng 2019 di malam penganugerahan, Sabtu (26/10/2019) malam. Keberanian itulah yang oleh Luhur disebut sebagai kekayaan pembelajaran kehidupan serta ide kebangsaan dan kenegaraan yang diaktualisasikan di atas panggung pertunjukan.

"Pertarungan gagasan ini penting, bukan hanya bagaimana pemeranan sebuah lakon, tapi juga pembelajaran tentang kehidupan dan ide tentang bangsa dan negara," kata Luhur.

Jika ditilik dari jumlah pesertanya, setidaknya ada 25 gagasan yang menyodorkan bagaimana konflik-konflik kehidupan terjadi sekaligus dihadapi. Dan kesadaran itu, tidak lagi milik masyarakat kota dengan basis kesenian yang mapan. Ada 22 delegasi kabupaten/kota se-Jawa Tengah yang beradu kepekaan sekaligus intuisi menyikapi persoalan.

"Tiga hari ini kita melihat pertumbuhan teater sudah tidak lagi memusat di Semarang dan Solo misalnya atau kota-kota yang selama ini dikenal teaternya tapi penyebarannya merata di seluruh Jawa Tengah," katanya.

Pembacaannya terhadap perkembangan kesenian di Jawa Tengah, teater khususnya bukannya tanpa bukti. Bahkan dalam festival itu, yang keluar sebagai pemenang bukanlah perwakilan teater dari Solo maupun Semarang. Tiga penampil terbaik diraih oleh Teater Pacelathon asal Sragen dengan judul Dolanan, Teater Aura Brebes dengan lakon Sintren dan Teater Sirat dari Sukoharjo yang memainkan lakon Tandur.

"Kami bangga juga di Jateng ada banyak genre yang realis, tapi ada yang nonrealis atau alternatif lain. Festival ini adalah pemetaan yang sangat penting karena peserta dari 22 kabupaten/kota yg meweakili 6 eks karesidenan," katanya.

Festival yang mengangkat tema Etan Kulon Golek Lakon itu berlangsung sejak Kamis hingga Sabtu (24-26/10/2019). Penampilan 25 kelompok tersebut dinilai oleh tiga dewan juri, Hanindawan, Luhur Kayungga Yopi Hendrawan.

Selama tiga hari, festival yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng bersama Yayasan Anantaka itu telah menarik animo besar pelaku dan penikmat teater. Bukan hanya seniman, festival teater tersebut berhasil memikat Wakil Ketua DPRD Sukirman dan anggotanya St. Sukirno bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menonton.

Selain tiga penyaji terbaik, penghargaan juga diberikan kepada Aktor dan aktris pembantu terbaik. Untuk aktor terbaik diraih Teater Pacelathon Sragen, sementara aktris diraih Teater Matajiwa Semarang.

Untuk Aktor dan aktris utama terbaik diraih Teater Aura Brebes dan Teater Kuputatung Grobogan. Penata Musik Terbaik diraih Teater Pacelathon Sragen. Penata artistik terbaik milik Teater Pacelathon Sragen dan Sutradara terbaik oleh Teater Sirat Sukoharjo.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1631 seconds (0.1#10.140)