Mahasiswa UGM Buat Panel Akustik Ramah Lingkungan dari Limbah Onggok

Jum'at, 25 Oktober 2019 - 15:26 WIB
Mahasiswa UGM Buat Panel Akustik Ramah Lingkungan dari Limbah Onggok
Empat mahasiswa FMIPA UGM menunjukkan panel akustik dengan bahan dasar limbah onggok yang mereka buat di Laboratorium Fisika Material FMIPA UGM, Jumat (25/10/2019). Foto : Dok Humas UGM
A A A
YOGYAKARTA - Empat mahasiswa Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas GadjahMada (UGM) berhasil membuat panel akustik dari onggok, yaitu limbah pengolahan tepung dari pohon aren. Inovasi ini memberikan pilihan alternatif panel akustik yang ramah lingkungan dan mencegah pencemaran.

Empat mahasiswa FMIPA UGM itu, terdiri dari Ardhi Kamal Haq, Said Ahmad, Muhammmad Dwiki Destian Susilo dan Pamela Chanifah Zahro.

Ardhi Kamal Haq mengatakan ide mengolah onggok menjadi panel akustik karena melihat limbah onggok yang dihasilkan industri tepung dari pohon aren di Bendo, Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah cukup banyak. Rata-rata setiap industri menghasilkan 600-700 Kg limbah onggok per hari.

Padahal limbah onggok jika dibiarkan akan berdampak terjadinya pencemaran lingkungan, terutama air sungai disekira industri. Sebab jika limbahnya cukup besar, akan menyebabkan kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme (Biological Oxygen Demand) dan kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air (Chemical Oxgen Demand) air yang ada di sekitar industri meningkat.

Limbah di bendo jumlahnya juga sudah melebihi batas standar dari acuan yang ditetapkan pemerintah. Jumlahnya mencapai 2222 mg/L dan 5721,5 mg/L pada proses pengendapan dan menurun hingga 1806 mg/L serta 4231 mg/L setelah tahap klorinasi.

Sungai murni yang belum tercemar memiliki nilai BOD di bawah 1 mg/L, sementara sungai yang tercemar limbah memiliki batas BOD 2-8 mg/L. Sedangkan sungai yang memiliki BOD di atas 8 mg/L harus dilakukan penanggulangan khusus.

“Untuk itu, kami mencoba membuat solosi guna mengurangi nilai BOD dan COD di sekitar UMKM Bendo. Yaitu mengolahnya menjadi panel akustik,” kata Ardhi soal pembuat panel akustik dari limbah onggok di laboratorium Fisika Material FMIPA UGM, Jumat (25/10/2019).

Ardhi menjelaskan panel akustik yang mereka kembangkan berbahan utama serat fiber limbah onggok. Untuk memperoleh panel akustik limbah onggok dikeringkan dibawah sinar matahari terlebih dahulu. Kemudian serat fiber dengan serbuk onggok dipuisahkan dan untuk perekat menggunakan tepung kanji.

Limbah serat onggok dicampur dengan perekat dari tepung kanji lalu dicetak dan dipress pada tekanan 1000 psi agar adonan menjadi lebih padat. Selanjutnya dilakukan pemanasan dalam oven selama 2 jam pada suhu 100°C. Langkah terakhir dilakukan finishing panel akustik limbah onggok.

“Hasilnya diperoleh prototipe panel akustik dengan dengan dimensi 29,7 cm x 42 cm. Mampu menyerap suara dengan baik. Memiliki karakter impedansi atau penyerapan suara yang datang mencapai 95 %. Sehingga hampir semua suara yang datang teredam pada panel akustik ini,” paparnya.

Muhammmad Dwiki Destian Susilo menambahkan panel akustik dari bahan onggok ini tidak hanya mengurangi limbah onggok namun juga mampu mengatasi persoalan pencemaran lingkungan dan memberikan alternatif pilihan panel akustik yang ramah lingkungan. Sebab, panel akustik yang banyak beredar di pasaran masih memakai bahan sintetis berupa busa dan styrofoam.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.5247 seconds (0.1#10.140)