Apel Pagi Upaya Tingkatkan Disiplin dan Tekan Keterlambatan Peserta Didik

Selasa, 22 Oktober 2019 - 07:09 WIB
Apel Pagi Upaya Tingkatkan Disiplin dan Tekan Keterlambatan Peserta Didik
Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Ahmad Rojih. FOTO/DOK.PRIBADI AHMAD ROJIH
A A A
Ahmad Rojih, S.Pd
Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara

PENDIDIKAN
merupakan salah satu bagian dari dukungan untuk membangun bangsa. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Agar berbagai kompetensi yang diharapkan dapat terwujud, maka perlu adanya pelayanan prima dari sekolah. Hal ini sesuai peraturan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan visi tahun 2014, yakni "Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif".

Untuk mencapai visi tersebut, Kemendiknas menetapkan "Misi 5K", yakni ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan relevansi, kesetaraan, kepastian/keterjaminan dalam memperoleh layanan pendidikan (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:18-19). Dalam rangka memberikan layanan prima dan komprehensif, guru diharapkan mampu melihat sosok peserta didik tidak hanya dari kemampuan akademis, tapi juga mampu mengkaitkan pembelajaran di kelas dengan keadaan nyata di lingkungan sekolah.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa peserta didik, keterlambatan adalah hal yang paling banyak dilanggar dalam penegakan ketertiban siswa. Hal ini juga dibenarkan oleh para guru yang mengajar pada jam pertama. Sebagian besar berpendapat bahwa banyaknya keterlambatan siswa masuk kelas menyebabkan kesiapan pembelajaran terganggu.

Menyikapi keadaan tersebut sekolah telah melakukan beragam terobosan untuk menekan angka keterlambatan peserta didik. Antara lain, 1). Menutup pintu gerbang setelah pukul 07.00 WIB, 2). Memberikan sanksi kepada peserta didik yang terlambat, 3). Memundurkan waktu pembelajaran hingga 15 menit, 4). Memulangkan peserta didik yang terlambat, 5). Memanggil orang tua peserta didik yang terlambat.

Berbagai upaya yang sudah dilakukan sekolah ternyata belum mampu mengondisikan semua peserta didik mengikuti pelajaran pada jam pertama. Masih saja ada peserta didik yang terlambat masuk kelas. Padahal kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran di awal pelajaran memberikan aura positif dalam mengikuti pelajaran-pelajaran berikutnya. Apabila di awal pelajaran sudah kacau karena ada yang terlambat, maka kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran selanjutnya akan terganggu.

Untuk itu, sekolah kemudian melaksanakan program pendidikan karakter, yang didalamnya adalah menggelar apel pagi. Selain dapat menekan angka keterlambatan siswa mengikuti jam pelajaran pertama, apel pagi juga bermanfaat untuk menyampaikan informasi-informasi sekolah kepada peserta didik.

Setidaknya ada 13 nilai yang didapat dari pendidikan karakter melalui apel pagi, yaitu:

1. Nilai relijius: sebelum memulai apel pagi selalu diawali dengan salam, mengucapkan syukur, dan diakhiri dengan doa. Itu berarti bahwa apel pagi merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, selalu mengingat Tuhan, dan selalu bersyukur atas kesempatan yang diberikan sehingga dapat berjumpa kembali dalam apel pagi.

2. Nilai kejujuran: setiap ketua kelas atau perwakilan kelas selalu mengabsen rekan-rekannya sebelum memulai apel pagi dengan sejujur-jujurnya. Ini berarti bahwa apel pagi merupakan sarana membangun, menerapkan, dan mengaplikasikan kebiasaan jujur kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

3. Nilai toleransi: setiap siswa berasal dari tingkat ekonomi yang berbeda satu sama lain. Sehingga pada saat berbaris di apel pagi, siswa diajak tetap menghargai dan menghormati siswa yang lain.

4. Nilai kedisiplinan: apel pagi yang dilaksanakan memiliki waktu keterlambatan dalam mengabsen dan mengikuti apel pagi itu sendiri. Sehingga dengan apel pagi siswa diajak untuk disiplin waktu dengan cara datang ke sekolah lebih awal. Selain itu, siswa juga diajak disiplin berpakaian karena pada saat apel pagi, pembina OSIS memberi sanksi bagi siswa yang berpakaian tidak sesuai dengan tata tertib.

5. Nilai kreatifitas: dalam apel pagi, pembina memberikan kesempatan bagi siswa agar pada saat apel pagi dapat mengeluarkan aspirasinya atau pendapatnya sesuai kreativitas masing-masing.

6. Nilai kemandirian: saat apel pagi, siswa diajak mandiri. Mandiri yang dimaksud yaitu ketika apel pagi berlangsung siswa dapat mengontrol diri sendiri dan rekan-rekannya agar tidak ricuh dan berbuat keributan.

7. Nilai demokratis: saat apel pagi, siswa diajak bersikap demokratis layaknya seorang pemimpin yaitu lebih mementingkan kepentingan bersama dibanding kepentingan diri sendiri.

8. Nilai rasa keingintahuan: saat penyampaian informasi dalam apel pagi, siswa diajak menumbuhkan rasa keingintahuan dengan cara menyimak informasi yang dijelaskan oleh pembina apel, guru, atau bertanya kepada orang lain dan mencari tahu maksud dari penyampaian informasi tersebut.

9. Nilai gemar membaca: jika informasi yang disampaikan guru saat apel pagi tidak terserap dengan baik dan kurang dimengerti, siswa yang sadar pun akan mencari tahu di buku atau internet. Sehingga dengan apel pagi akan menumbuhkan budaya membaca siswa.

10. Nilai peduli sosial: dengan berkumpulnya seluruh siswa saat apel pagi, mereka diajak menghargai dan peduli dengan siswa lain.

11. Nilai tanggung jawab: saat apel pagi siswa diajak bertanggung jawab atas ketertiban diri sendiri dan siswa lainnya.

12. Nilai menghargai prestasi: saat apel pagi, guru atau kepala sekolah terkadang mengapresiasi prestasi yang diraih siswa. Sehingga dengan apel pagi siswa diajak menghargai dan mengapresiasi prestasi yang diraih oleh rekannya.

13. Nilai persahabatan: dengan apel pagi akan timbul komunikasi antarsiswa atau jika guru sedang menyampaikan informasi, maka dengan spontan akan saling bertukar pikiran mengenai informasi yang disampaikan. Sehingga siswa akan menjalin tali persahabatan dengan siswa lainnya.

Selain 13 poin nilai karakter, terdapat nilai tambahan yang diperoleh dari pelaksanaan apel pagi, di antaranya:

1. Nilai etika: etika menunjukkan kepatuhan kepada kebaikan. Dalam hal pelaksanaan apel pagi, kita dituntut untuk patuh kepada guru dan tata tertib dengan penuh keikhlasan.

2. Nilai kesabaran: dalam apel pagi ketika datang lebih awal, maka siswa dituntut sabar menunggu kedatangan rekan-rekan siswa yang lain.

3. Nilai persatuan: dalam apel pagi kita berdiri di tempat yang sama dengan jumlah peserta yang banyak dan berlatar belakang berbeda, yaitu agama, ras, suku, jenis kelamin, dan lain-lain. Sehingga dalam apel pagi tidak ada perbedaan, yang tampak hanya persatuan.

Berdasarkan hal tersebut, telah jelas bahwa pelaksanaan apel pagi sangat diperlukan bagi siswa karena terdapat banyak nilai karakter yang dapat mengubah siswa menjadi pribadi unggul, tangguh, serta membangun karakter dan jati diri. Dengan menyisihkan 5-15 menit setiap pagi sebelum masuk kelas, sesungguhnya banyak manfaat yang didapat. Aplikasi nilai-nilai positif atau karakter bangsa yang menjadi karakter sekolah dapat dibuktikan di sini.

Peningkatan kedisiplinan menjadi salah satu pencapaian pembentukan karakter yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan. Karya tulis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai: (1) peningkatan kedisiplinan melalui apel pagi, dan (2) hasil atau dampak dari peningkatan kedisiplinan melalui apel pagi.

Pengalaman selama satu semester melaksanakan kedisiplinan melalui apel pagi terdiri atas: (1) berkurangnya tingkat keterlambatan siswa, (2) peningkatan keaktifan peserta didik dalam belajar, (3) diperolehnya data dari berbagai narasumber, dan (4) terbentuknya budaya disiplin pada siswa.

Dampak dari pelaksanaan kedisiplinan melalui apel pagi adalah: (1) menekan angka keterlambatan siswa, (2) berkurangnya pelanggaran tata tertib oleh siswa, (3) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran meningkat, (4) adanya apresiasi dan dukungan dari industri calon pengguna lulusan.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8888 seconds (0.1#10.140)