Aktivitas Merapi Picu Angin Kencang di Lereng Gunung Merapi

Senin, 21 Oktober 2019 - 22:19 WIB
Aktivitas Merapi Picu Angin Kencang di Lereng Gunung Merapi
angin kencang yang terjadi di lereng Merapi tidak lepas dari peningkatan aktivitas Gunung Merapi. FOTO : Dok SINDOnews
A A A
SLEMAN - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, (BMKG) menengarai angin kencang yang terjadi di lereng Merapi tidak lepas dari peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara yang membuat adanya angin kencang.

Kepala Stasiun Klimatiogi Mlati, Yogyakarta, Reni Kraningtyas mengatakan pada Mingg kemarin angin kencang disertai hujan sedang-lebat melanda kawasan Merapi. Tepatnya di wilayah Kabupaten Magelang di Kecamatan Pakis, Sawangan, Ngablak, dan Kajoran. Bahkan angin kencang yang sifatnya lokal ini telah menyebabkan atap rumah berterbangan dan pohon tumbang yang berakibat tertutupnya akses jalan.

Angin kencang ini, kembali terjadi pagi tadi sekitar pukul 10.00 WIB di Kecamatan Selo, Boyolali, Kecamatan Dukun, Magelang dan di lereng sebelah barat-barat daya dan tenggara Merapi yang berdampak debu-debu tebal beterbangan hingga menutupi pandangan mata.

“Angin kencang ini bersifat sangat lokal, sebab selain mengacu kepada konsentrasi wilayah kerusakan, kecepatan anginnya pun berbeda dengan dataran rendah,” jelasnya.

Di lereng Merapi kecepatan angin mencapai 80 km/jam (skala fujita) sedangkan pengukuran di Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta mencapai 16 km/jam. Pada malam hari, kecepatan angin bertambah.

BMKG memperkirakan peningkatan aktifitas Merapi, ikut andil terhadap munculnya angin kencang ini. Gunung Merapi sempat erupsi awan panas pada tanggal 14 Oktober diikuti guguran lava pada tanggal 15 Oktober 2019. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu permukaan di kawasan Puncak Merapi sehingga tekanan udara di wilayah ini menjadi cukup rendah.

“Dalam skala tertentu, tekanan udara permukaan berbanding terbalik dengan suhu udara permukaan. Suhu yang lebih panas akibat erupsi Merapi dan guguran lava, mampu menurunkan tekanan udara permukaan. “Karena perbedaan tekanan, udara mengalir ke wilayah dengan suhu lebih panas tersebut,” jelasnya.

Kejadian hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai angin kencang pada Minggu malam dipicu oleh anomaly aliran angin lembah (angin mengalir dari lembah ke arah gunung). Angin ini membawa udara dingin dan lembab sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan Cumulonimbus (Cb) di lereng pegunungan.

Angin lembah biasanya terjadi siang hari saat dataran yang lebih luas dan lebih rendah mendapat pemanasan matahari yang cukup. Di areal pegunungan, dimana secara umum puncak gunung suhu udara permukaan biasanya lebih dingin di bandingkan daerah di lereng maka sirkulasi udara lokal cenderung bergerak turun (angin gunung).

Namun, saat kondisi di tempat lebih panas di bagian atas, maka sirkulasi lokal itu dapat berbalik sehingga menyebabkan angin lembah (dari atas ke bawah) menjadi lebih kuat dari biasanya. “Pada topografi tertentu, angin lembah itu dapat membentuk pusaran pusaran angin pada area dan skala yang lebih kecil seperti yang terjadi di Kecamatan Selo Boyolali pagi tadi,” jelasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1138 seconds (0.1#10.140)