116 Peneliti dari 8 Negara Paparkan Kebijakan dan Teknologi

Senin, 21 Oktober 2019 - 15:20 WIB
116 Peneliti dari 8 Negara Paparkan Kebijakan dan Teknologi
Pembukaan PLN International Conference and LIKE di Hyatt Hotel, Yogyakarta, Senin (21/10/2019). FOTO/iNews/KUNTADI
A A A
YOGYAKARTA - Sebanyak 116 paper yang disusun para peneliti bidang kebijakan dan teknologi energi dari delapan negara dipresentasikan dalam PLN International Conference and LIKE (Learning, Innovation, Knowlegde and Exhibition) di Hyatt Hotel, Yogyakarta, Senin (21/10/2019). Dalam kegiatan ini juga dipamerkan 26 karya innovasi dari beberapa unit PLN dalam menunjang kegiatan bisnis mereka.

"Ini adalah konferensi internasional pertama yang kita laksanakan dan ada 116 peneliti bidang kebijakan dan teknologi yang menjadi pemakalah dalam konferensi ini," kata Direktur Human Capital Managemen PLN, Muhamad Ali saat membuka konferensi.

Para peneliti berasal dari Australia, Malaysia, Taiwan, Jerman, China, Thailand, Amerika, dan Vietnam. Sebelumnya para peneliti ini telah memasukkan makalah mereka dan dilakukan penilaian. Dari paparan materi makalah ini nantinya dilakukan penilaian untuk menentukan siapa saja yang mendapatkan prnghargaan dengan dengan total hadiah USD4.000.

Konferensi ini menjadi rangkaian peringatan Hari Listrik Nasional ke-74 yang mengangkat tema "Technology and Policy in Energy and Electric Power". Konferensi ini juga berkolaborasi dengan Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) dan Scientific Committee yang berasal dari UI, ITB, UGM, UNDIP, dan ITS.

Pada LIKE dihadirkan juga kompetisi karya inovasi dari seluruh unit PLN dan anak perusahaan. Dari 328 inovasi yang diajukan oleh unit-unit PLN di 2019, telah dipilih 26 inovasi yang akan dilombakan di LIKE pada 5 cabang inovasi. Yakni pembangkitan, transmisi, distribusi, technical supporting, dan non-technical supporting.

Ke-26 inovasi tersebut memiliki potensi value creation sebesar Rp531,1 miliar. Sampai saat ini PLN terus berinovasi dan telah menghasilkan 4.030 makalah inovasi, di mana 7 di antaranya sudah memiliki paten, 78 karya inovasi sedang dalam proses paten, dan 77 berupa prototype yang siap diproduksi massal.

"Beberapa karya ini sudah mendapatkan penghargaan eksternal mulai dari Satya Lencana Presiden RI, Menteri ESDM, Museum MURI, HAKI dan ASIAN Power Awards," katanya.

Untuk kriteria dan standar penelitian mengikuti standar penilaian yang dilakukan Scopus. Sedangkan kegiatan seleksi inovasi disesuaikan dengan ketentuan seleksi yang telah ditetapkan PLN.

"Kita ingin konferensi ini menjadi wadah komunitas masyarakat ketenagalistrikan yang selalu menonjolkan karakter scientific dan akademik dalam menjawab berbagai permasalahan kelistrikan di Indonesia," katanya.

PLN saat ini menghadapi lima tantangan proses bisnis, baik internal maupun eksternal. Mulai dari mencakup munculnya energi baru dan terbarukan (EBT) dalam skala besar yang mengubah pola pengoperasian dan kestabilan sistem ketenagalistrikan, amanat public service obligation, dan tuntutan negara untuk menekan biaya subsidi dan melakukan efisiensi, penyelesaian program pembangunan infrastruktur 35.000 MW yang sering terkendala permasalahan non-teknis, terbitnya regulasi terkait mobil listrik yang menuntut PLN segera menyiapkan infrastruktur pendukungnya, serta kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan TDL pada semua golongan hingga 2019.

"Menjawab tuntutan ini PLN segera beradaptasi, salah satunya adalah dengan menyediakan SPKLU yang bekerja sama dengan 20 perusahaan, perbankan, juga pusat perbelanjaan," katanya.

Sementara itu, GM Puslitbang PLN Bagus Setiawan mengatakan, melalui konferensi ini diharapkan bisa memberikan masukan-masukan terbaik kepada BOD (board of director) yang dapat dipertanggung-jawabkan secara scientific serta membuka jendela informasi tentang Gain, Risk dan Mitigasinya di masa depan.

"Ke depan PLN harus mampu mengelola bisnis kelistrikannya dan menatap arah ke depan dengan penuh keyakinan dan optimisme yang tinggi di tengah berbagai tantangan yang ada," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3301 seconds (0.1#10.140)