Di Tangan Warga Kalasan Sleman, Pepaya Bisa Diolah Jadi Abon

Sabtu, 19 Oktober 2019 - 13:09 WIB
Di Tangan Warga Kalasan Sleman, Pepaya Bisa Diolah Jadi Abon
Produksi makanan ringan sejenis abon warga Dhuri, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. FOTO/SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
SLEMAN - Warga Dhuri, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Tri Suhartati mengolah pepaya sebagai bahan dasar pembuatan makanan ringan sejenis abon yang diberinama Tabella Abon. Inovasi ini menjadikan pepaya memiliki nilai tambah ekonomi sekaligus dapat menjadi altenatif panganan yang sehat.

Tri Suhartati mengatakan, ide pengolohan pepaya menjadi makanan ringan sejenis abon berawal saat Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman mengadakan lomba pemanfaatan lingkungan sekitar pada 2017. Kemudian Tri Suhartati mengikuti lomba itu dengan memanfaatkan pepaya yang banyak tumbuh di sekitarnya.

Olahan pepaya sejenis abon akhirnya dinyatakan sebagai juara. Karena proses produksi terbilang sederhana dan rasanya sedap, membulatkan tekad Tri Suhartati untuk menjajakan produknya kepada masyarakat luas.

"Itulah awal memproduksi makanan ringan sejenis abon dengan bahan dasar pepaya ini," kata Suhartati, Sabtu (19/10/2019).

Suhartati menjelaskan, untuk membuat makanan ringan sejenis abon yaitu menggunakan bahan pepaya setengah matang. Pepaya masih ada rasa manisnya, sehingga tidak perlu menambahkan gula lagi. Sebab, jika kebanyakan gula saat digoreng jadi gosong dan hasilnya jelek berwarna hitam.

Proses produksi dimulai dengan mengupas pepaya dan memeras airnya. Pepaya setengah matang selanjutnya dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, jintan, garam, serai, dan lengkuas sebelum digoreng. Sebelum melalui proses penggorengan, pepaya lebih dulu dibalut dengan tepung.

"Jenis pepaya yang digunakan pun bisa jenis apa saja, yang terpenting setengah matang dan mengkal," katanya.

Suhartati bisa memproduksi makanan ringan abon pepaya antara 200 hingga 250 toples seberat 200 gram per minggu. Satu toples mampu bertahan dalam kemasan hingga 3 bulan ini dijual Rp20.000. dengan dua varian rasa, original dan pedas. Konsumennya pun telah tersebar di berbagai kota di Indonesia, seperti Kudus, Labuan Bajo, Jakarta, Surabaya, Semarang, Cilacap, Papua, dan NTB

"Awalnya pemasaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut sampai akhirnya dipasarkan secara online," ungkapnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman Tri Endah Yitnani mengatakan untuk mendukung pelaku UMKM, pemkab bukan hanya memberikan pendampingan dan pelatihan, tapi juga memfasilitasi pemasaran produk UMKM, baik melalui pameran maupun lewat rumah kreatif Sleman, termasuk memalui aplikasi Cari Aku.

"Aplikasi Cari Aku ini ditujukan bagi wisatawan yang ingin memperoleh informasi lokasi UMKM Sleman mulai dari makanan, fashion, kerajinan, dan furniture," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6109 seconds (0.1#10.140)