Ribuan Orang Padati Upacara Saparan Bekakak di Gamping Sleman

Jum'at, 18 Oktober 2019 - 22:00 WIB
Ribuan Orang Padati Upacara Saparan Bekakak di Gamping Sleman
Warga terlihat antusias melihat ogoh-ogoh yang melintas saat upacara Saparan Bekakak di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (18/10/2019) sore. FOTO/DOK.Humas Sleman
A A A
SLEMAN - Upacara saparan bekakak di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Jumat (18/10/2019) sore, masih menarik minat warga. Terbukti sejak pukul 13.00 WIB, ribuan orang sudah memenuhi lapangan Ambarketawang, tempat pembukaan upacara. Warga juga memadati sepanjang jalan menuju prosesi akhir upacara, di Gunung Gamping, yang berjarak tiga kilometer arah selatan dari Lapangan Ambarketawang.

Bukan itu saja, untuk memperlancar arak-arakan, panitia juga menutup Jalan Wates, mulai dari Perempatan Klanggon, di sebelah barat dan ringroad Gamping di sebelah timur. Arus lalu lintas dialihkan melalui jalan-jalan alternatif di sekitaran tempat upacara saparan Bekakak. Akibatnya jalan di sekitarnya menjadi padat bahkan di beberapa titik sempatmacet.

Dalam upacara tersebut warga mengirab dua pasang temanten bekakak, ogoh-ogoh, serta berbagai sesajen yang dipergunakan dalam ritual upacara. Sejumlah bregada prajurit turut serta dalam kirab tersebut.

Prosesi saparan bekakak dimulai sekitar pukul 15.00 WIB diawali dengan pelaksanaan upacara adat yang diikuti oleh seluruh bergodo. Usai melakukan upacara adat, prosesi dilanjutkan dengan budalan kirab yaitu pemecahan kendi Tirto Dono Jati oleh Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun dan Camat Gamping Arif Marwoto yang melakukan pelepasan sepasang burung merpati putih.

Prosesi saparan Bekakak kemudian dilanjutkan dengan proses kirab bregodo dengan membawa sejumlah sesaji bekakak yang juga diikuti oleh arak-arakan ogoh-ogoh dan raksasa Genduruwo menuju Gunung Gamping. Prosesi tersebut diakhiri dengan penyembelihan sepasang bekakak yang terbuat dari tepung ketan dan gula merah. Penyembelihan dilakukan di Petilasan Gunung Gamping Tlogo, Ambarketawang.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Sleman Aji Wulantara mengatakan, upacara saparan bekakan, bukan hanya tradisi dan bentuk pelestarian budaya, tapi lebih dari itu juga sebagai aset pariwisata budaya Sleman. Dia mengharapkan pelaksanaanya terus dapat ditingkatkan dan ditata lebih baik lagi.

"Dengan begitu bukan saja akan menjadi daya tarik wisata tapi juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Aji.

Untuk itu, apa yang dilakukan masyarakat Ambarketawang dalam nguri-uri budaya, patut mendapat apresiasi. Agar tradisi ini tetap tumbuh dan berkembang, bukan hanya menjadi tanggung jawab warga Ambarketawang, tapi juga harus mendapat dukungan dari semua pihak. "Pelestarian budaya ini juga untuk membendung masuknya budaya asing sehingga budaya tradisional tetap eksis," ujarnya.

Ketua panitia Saparan Bekakak 2019, Bambang Cahyono mengatakan, kegiatan ini dilatarbelakangi ritual tolak bala yang dilakukan warga Gamping yang kemudian terus dilestarikan sebagai even budaya tahunan."Kegiatan ini merupakan bagian dari pelestarian budaya leluhur," katanya.

Warga Ambarketawang, Alif (13) mengaku senang bisa melihat arak-arakan Bekakak. Hanya karena terlalu banyak penonton sehingga harus berdesak-desakan. Dirinya terpaksa maju ke kedepan agar bisa melihat dengan jelas. "Senang dapat melihat upacara ini, meski harus berdesak-desakan," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6368 seconds (0.1#10.140)