Pria Aceh Curi Tas di Masjid UNY ketika Pemiliknya Tidur

Jum'at, 18 Oktober 2019 - 17:55 WIB
Pria Aceh Curi Tas di Masjid UNY ketika Pemiliknya Tidur
Petugas Polsek Bulaksumur, Sleman menunjukkan tersangka pencuri tas di Masjid UNY saat ungkap kasus di Mapolsek Bulaksumur, Sleman, Jumat (18/10/2019). FOTO/SINDOnews/PRIYO SETYAWAN
A A A
SLEMAN - Pelaku tindak pidana itu memang tidak mengenal waktu dan tempat. Seperti yang dilakukan warga Khongsi, Sabang, Aceh, berinisial PS (49) yang mengambil tas di masjid ketika pemiliknya tertidur.

Peristiwa ini terjadi di Masjid Mujahidin, kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (16/10/2019) dinihari. Atas perbuatannya, PS sekarang mendekam di tahanan MapolsekBulaksumur, Sleman.

Kapolsek Bulaksumur Kompol Sugiarto mengatakan, pencurian itu berawal saat warga Lamongan, Jawa Timur, HA (39) tertidur di Masjid Mujahidin. Dia meletakkan tasnya berisi handphone, tas kecil, dopet, dan kemeja di sampingnya. Sekitar pukul 01.00 WIB, HA terbangung dan melihat tasnya masih ada lalu tidur lagi. Namun ketika bangun pada pukul 03.00 WIB, dia mendapati tasnya sudah tidak ada di tempat.

"HA melaporkan kejadian itu ke takmir masjid dan meneruskan ke Polsek Bulaksumur," kata Sugiarto, Jumat (18/10/2019).

Sugiarto menjelaskan, laporan itu ditindaklanjuti petugas dengan melakukan pengembangan penyelidikan. Di antaranya dengan meminta keterangan pelapor dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), termasuk mengumpulkan data yang mendukung termasuk melacak keberadaan melalui GPS handphone yang dibawa pencuri.

"Petugas akhirnya dapat mengetahui posisi pelaku di Kraton, Yogyakarta, dan mengamankannya di Wijilan, Kraton, bersama barang bukti, Kamis (17/10/2019). Kemudian dibawa ke Polsek Bulaksumur," katanya.

PS dijerat Pasal 362 KUHP tentang Pencurian dengan ancaman lima tahun penjara. Petugas masih mengembangkan kasus ini apakah masih ada TKP lain.

PS kepada petugas mengaku nekat mencuri karena tidak memiliki uang. Pekerjaan sebagai buruh dagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Kepepet nggak punya uang. Saya ikut bantu jualan di pasar beringharjo, setiap harinya di kasih upah Rp17.000," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9000 seconds (0.1#10.140)