Selamatkan Warga, Dua Warga Papua Terima Penghargaan

Rabu, 16 Oktober 2019 - 22:08 WIB
Selamatkan Warga, Dua Warga Papua Terima Penghargaan
Pendeta Yason Yikwa dan Titus Kogoya mendapatkan penghargaan Pelopor Perdamaian tahun 2019. FOTO/iNews.id/Kuntadi
A A A
SLEMAN - Dua tokoh masyarakat Papua, Pendeta Yason Yikwa dan Titus Kogoya mendapatkan penghargaan Pelopor Perdamaian tahun 2019 dari Menteri Sosial RI. Mereka menjadi tameng bagi 500 warga pendatang di Wilayah Pikhe Distrik Hubikiak Kabupaten Jayawijaya yang terjebak oleh perusuh dan mengamankan warga pendatang di Kampung Mawampi.

Penghargaan ini diserahkan oleh Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta, Rabu (16/10/2019). “Ini adalah anugerah yang diserahkan kepada mereka yang telah berjasa besar dalam menjaga perdamaian di Papua,” jelas Agus.

Menurut Mensos, kedua tokoh ini telah memberikan andil atas penyelamatan sandera 500 orang warga pendatang yang terjebak oleh kelompok massa perusuh di wilayah Pikhe dan wilayah Waesaput, Wamena. “Keduanya adalah simbul dalam menjaga perdagangan,” terangnya.

Sementara itu Yason mengatakan dirinya menolong warga ini karena meaksanakan firman Tuhan. Di mana dalam Injil ada perintah untuk saling mengasihi sesama manusia. Atas dasar itulah dia terpanggil untuk menolong warga. “Saya sampaikan rusuh di Papua dan Waimena itu bukan karena agama atau gereja. Itu karena rasisme,” jelas Yason.

Saat terjadi kerusuhan, Yason mengaku sedang berada di dalam gereja. Kemudian lari kedepan dan ke ruko. Saat itulah warga pendatang ketakutan, dan meminta tolong. Mereka kemudian diarahkan untuk ke komplek gereja dan berlindung di dalam Gereja Baptis Panorama di Phike. Kebetulan di komplek ini juga terdapat asrama dan panti asuhan. “Saya sampaikan kepada perusuh, lebih baik kamu membunuh saya daripada warga,” jelasnya.

Apa yang disampaikan Yason yang juga sebagai Ketua Klasis inipun didengar dan banyak orang. Kemudian dilakukan negosiasi, agar enam rekan mereka yang ditahan polisi untuk dilepaskan. Dari situlah dilakukan pertukaran sandera dengan tahanan dan semuanya berjalan dengan damai.

Penghargaan ini dipersembahkan untuk semua masyarakat Papua. Dia berharap tidak ada lagi nama orang asli dan pendatang di Papua. Yason juga bersyukur apa yang dilakukan mampu menarik perhatian pemerintah terhadap penderitaan atas kejadian kerusuhan di Wamena.

Sementara itu, Titus Kogoya merupakan seorang PNS di Kabupaten Tolikara. Bersama sejumlah pemuda, dia menghadang pelaku kerusuhan di jalan masuk kampung dengan menebang pohon sebagai palang darurat agar tidak ada orang luar yang bisa masuk.

Dengan dibantu adiknya, Titus kemudian memerintahkan warga pendatang untuk secepatnya mencari tempat persembunyian. Dia bertekad melindungi warga pendatang sebab warga lokal kerap berperilaku brutal kala berunjuk rasa.

Para pendatang ini kebanyakan berasal dari Toraja, Madura, dan Jawa. Mereka berprofesi sebagai tukang ojek, pedagang makanan, membuka kios kelontong, dan lainnya. Bahkan mereka mengontrak rumah milik warga lokal. Di rumah keluarga Kogoya, sebanyak 80 warga pendatang berjejalan. “Kita minta pemuda Mawampi berjaga, di setiap titik masuk ke kampung,” jelasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7745 seconds (0.1#10.140)